Saturday 27 November 2010

SURVIVOR LOST NOTES 009

Aku bukan penulis dan juga bukan pencerita yang baik tapi mulai saat ini akan kutulis Semua kejadian yg ku alami. Kemarin tanggal 8 November adalah akhir dari UTS week di kampusku.UTS week? Ya!Karena selama 5 hari sepertinya para dosen sudah berkomitmen untuk membunuh murid-muridnya dengan memberikan semua UTS di minggu yang sama,dan sepertinya hal itu berhasil kerena tidak seperti tahun2 sebelumnya UTS week ini benar-benar membuat anak2 di kampusku menjadi weak.Mereka semua sakit dan terlihat lesu,terutama anak-anak BEM yg minggu lalu berhujan-hujan ria meneriaki pemerintah yg lambat menanggulangi kemarau di ibukota.Tapi kupikir hebat juga anak2 BEM itu,saat mereka berdemo Hujanpun langsung turun.Aku sendiri Tidak ikut "Menguningkan" Jakarta bersama mereka kerena aku termasuk pendukung Presiden terpilih Yusilo Bambang Sudoyono(YBS)

OK….Kita lupakan masalah BEM dan YBS karena Hari yg lebih penting di mulai kemarin dimana kekacauan terjadi dimana2.

Siang itu aku sedang mengerjakan soal terakhir dari 5 soal UTS.Hening dan tenang seperti biasa,Suara pena yang menggesek kertas barpadu indah dengan gerakan tangan para mahasiswa.Namun selang beberapa lama ketenangan itu terganti suara gaduh yang memenuhi atmosfir kampus.Suara kaca pecah,suara benda padat berbenturan dan yang pasti suara Cewek2 Hedon berteriak histeris.Serentak Dosen dan beberapa anak berhenti menulis dan keluar untuk melihat.

Aku sendiri bukan tipe orang yang mudah penasaran jadi aku hanya diam dan menunggu di dalam kelas.Namun aku tidak sendiri karena masih ada lima belas orang anak yang entah kenapa hanya terdiam seperti tidak terjadi apa-apa.Kelima belas anak tersebut adalah anak BEM yg kemarin berada di jalanan.

“Hahaha akhrinya mereka kena getahnya…..Jadi Aktivis tapi jadi sakit2an …..Mampus!!!”
Ucapku dalam hati sambil kembali mengerjakan soal seperti tidak terjadi apa2….

Suara riuh makin jelas terdengar .
Akupun tetap tidak peduli dan terus mengerjakan soal.Selang beberapa lama gerakanan tanganku terhenti karena ada bercak merah membasahi kertas ujianku.
Ku angkat kepala dan kulihat Dito si ketua angkatan berdiri dengan mulut dan hidung mengeluarkan darah.
Sontak aku tersentak dari bangku

“dito kenapa loe?????”

Aku berdiri dan berusaha menjaga jarak.Kuliahat anak2 di luar belum sadar dengan keadaan di dalam dan anak2 BEM yg dari tadi dudukpun mulai bediri.Terlihat keadaan mereka hampir sama dengan dito,mata merah hidung mimisan dan nafas berat yg tidak teratur.

Bro????kenapa Bro????sakit apa loe????

Dito hanya menjawab dengan nafas beratnya yg semakin tidak beraturan.
Aku berusaha tenang tapi tiba2 dito maju seperti ingin menyerang.
Segera aku menghindar tapi sayang aku jatuh dan kepalaku membentur lantai dengan keras……..

JEDUK…………………
Semua menjadi tidak focus dan akupun pingsan

-----------------------------------------------------

Aku terbangun dalam kegelapan,udara terasa sangat pengap dan yang terdengar hanya deru angin yang entah datang dari mana.Dalam kegelapan tersebut yang terpikir dipikiranku hanya APAKAH AKU SUDAH MATI?

Sebelum aku berpikir terlalu jauh tuhan pun langsung menjawab,datanglah 2 makhluk bertubuh besar dan Hitam.Makhluk itu langsung berkata

“Kami Munkar Dan Nakir.Apakah Kamu sudah siap????”


Saat mendengar kalimat tersebut Cuma 2 kalimat yang keluar dai mulutku

“FUCK!!!!GW UDAH MATI!!!!!”


Mungkar dan Nakir tiba-tiba mencengkramku dengan kedua tangan mereka.Badanku terasa remuk seperti di hantam Tank Abraham seberat 60 TON.Akupun Mati untuk Kedua kalinya.
----------------------------------------------------
Tiba-tiba aku terbangun kembali di kelas dimana aku sedang menjalankan UTS.Kondisi kelas itu sudah berubah 180 derajat,lantai di penuhi darah dan daging yang berserakan, bau anyirpun memenuhi seluruh ruangan.Aku berusaha bangun dan kulihat sekeliling ,ternyata teman-temanku sudah terbujur kaku dengan beberapa bagian tubuh terkoyak dan meneteskan darah hitam yang kental.
Melihat Darah dan daging dimana-mana malah membuatku semangat.Semangatnya seperti saat aku ingin tidur bersama pacar kesayanganku….et …..tunggu dulu.gw blum punya pacar deng….hehehehe sory….

Oklah pokoknya semangat!!!!!

Aku mulai melangkah keluar kelas,lantai sangat licin karena darah yang mengenang di mana-mana tapi selain itu entah kenapa ku rasa badanku terasa sangat ringan seperti tanpa beban. Aku terus melangkah keluar kelas,di koridor kulihat ada 15 anak-anak BEM yang sudah berubah menjadi zombie.Mereka sedang memakan teman-temen sesama angkatan.Empat di antara mereka tiba-tiba melihat ku tapi seperti tidak peduli mereka kembali memakan mangsanya.

“waduh jangan-jangan gw udah jadi zombie….” tanyaku dalam hati.

Tanpa pikir panjang aku melanjutkan langkahku dan kulewati kelima belas zombieBEM yang sedang ”JAJAN” dengan langah cepat.Setelah melalui para zombieBEM,di ujung koridor kulihat seorang Cowok dan seorang Cewek,Cowok itu berdiri dan si cewek berlutut di depan cowok tersebut.

Si laki-laki terlihat sedang mencengkram leher si perempuan dengan tangannya dan perempuan itu mulai meneteskan air mata memohon ampun.

“Widih mau ngapaintuh!!!”gumamku dalam hati.

Tak Lama akhirnya kusadari,perempuan itu adalah Rose,Cewek yang entah kenapa membuatku ngga bisa konsen setiap kuliah.Rose Gadis bertubuh sempurna berambut panjang dan menggunakan gawat gigi.Sifatnya yang tomboy bikin aku merasa lebih cocok kalo dia itu berubah jadi cowok,tapi sayang kecantikannya membuat hal itu mustahil.

Aku jalan mendekat dan kulihat wajah Cowok yang sedang mencengkram Rose.Aku Tahu cowok itu!!!Cowok itu ada aku sendiri!!!!

What the fuck?????gw ada di situ…trus gw sekarang ini siapa????Tanyaku

Tiba-tiba suara yang entah datang dari mana menjawab

“KAU SUDAH MATI BUBU!!!!!”

Aku memalingkan badanku kebelakang.Kulihat Malaikat pencabut nyawa mendekat,Ia berpakaian Hitam dan membawa sebuah sabit berukuran besar.

“Izrail Tunggu!!!sebelum kau membawa nyawaku perbolehan aku melihat nasib Rose.”

Malaikat tersebut mengeluarkan tangannya dan membentuk simbol OK.

“ Thanks BRO…..”jawabku kepada Izrail.

Kuliahat kembali ke arah Rose,ia terus menangis memohon ampun kepada diriku.Diriku yang sudah menjadi zombie mencengkramnya semakin kuat.Darah mulai keluar dari leher Rose dan ia terlihat mulai sulit untuk bernafas.
Diriku membuka lebar mulut yang sudah di penuhi darah dan langsung mengigit leher indah Rose.Darah Hitam mengalir dari leher Rose,suara teriakan yang terhalang darah dalam kerongkongan terdengar sangat indah.Rosepun menutup matanya dan terlihat sudah mati.

Diriku menjatuhkan Rose ke lantai,Rose terbujur kaku dengan Leher yang terus mengalirkan darah.
Aku duduk berlutut di depan tubuh Rose,Ingin ku belay rambutnya tapi sayang setiap ku sentuh,tanganku menembus kepalanya.

“Sory Rose gw udah ngebunuh loe….Sory…..Sory…..Sory….”

Tiba terdengar suara yang sangat ku kenal.

“ngga apa ko…toh kayanya dunia udah Kiamat”Ucap Rose yang tiba-tiba berdiri didepanku.

Melihat hal tersebut aku segera bediri,kulihat Rose berdiri dengan bagian tubuh yang lengkap tanpa ada lobang di lehernya.Ia terlihat cantik seperti biasa,pipi tembemnya membuatku ingin mengigit atau setidaknya menciumnya.

“Eh….Rose…Sory ya,gara-gara gw loe jadi mati.”

“ngga kenapa-napa ko”jawab Rose dengan tersenyum.

“BTW berhubung kita udah mati,gw pingin bilang sesuatu.Gw mau bilang kalo gw suka sama…..”

Belum selesai aku menyempurnakan Kalimatku,Malaikat Izrail segera berbicara

“time’s up….Abis…Abis…Malaikatnya mau pulang…”

“DAMN, nih malaikat ngga tau momen apa????”Ucapku dalam hati.

Tiba-tiba kulihat tubuh rose mulai menghilang di susul jari-jari ku yang terlihat trans paran dan juga menghilang.Sebelum aku pergi entah kemana dan hilang di telan waktu kulihat Wajah Rose yang tersenyum,dan itu sudah membuat Kematianku cukup menyenangkan.

TAMAT

original story by
abdul rasyid hermas sudibya
id kaskus : bubuchacha2
READ MORE >>

SURVIVOR LOST NOTES 008

Nama saya Deni Sulaiman. Saya bekerja sebagai staff R&D laboratorium farmasi yang bertempat di gedung Landmark. Di Indonesia kantor kami memiliki dua site yaitu pabrik yang terletak di daerah Cilegon dan kantor pusat sekaligus laboratorium kecil di Jakarta. Kantor kami memproduksi vaksin untuk beberapa penyakit menular dan melakukan penelitian bagi beberapa proyek pemerintah ASEAN. Sebagian besar penelitian dilakukan di luar negeri, New Zealand tempat laboratorium pusat kami yang dibangun atas kerjasama ASEAN dan pemerintah Kerajaan Inggris. Fasilitas di Jakarta pun hanya untuk mengambil sample dan analisa ringan. Saya tidak pernah melupakan hari paling buruk dalam hidup saya. Dan hari yang membuat hidup saya berubah 180 derajat.

Jam 9:00 pagi.
Hari ini seperti biasa saya masuk kerja, walau agak telat sedikit karena kemacetan yang menggila sebab beberapa ruas jalan ditutup. Entah ada apa, banyak sekali mobil patroli dan ambulans lalu lalang dan tampak beberapa truk milik Polisi dan TNI di parkir di sudut jalan, tampak juga sebuah water canon dan panser. Saya pikir paling juga demonstrasi buruh pabrik yang menuntut kenaikan upah atau paling parah adalah teroris, seperti kejadian beberapa tahun lalu saat serangan bom di hotel JW Mariot hari Jumat pagi. Untung saya naik motor jadi masih bisa naik trotoar seperti pengendara motor lainnya..hhehehehe…

jam 11:00 siang.
Satu jam sebelum jam makan siang, entah kenapa pihak direksi dan beberapa manager meninggalkan gedung terburu-buru, mereka memblokir semua akses lift dan tampaknya pergi menggunakan helicopter yang diparkir di atas gedung dan hanya tinggal beberapa orang karyawan saja di kantor kami termasuk saya karena sebagian besar tidak masuk hari ini.
Dari pagi saya mencoba mengakses detik.com tapi tidak bisa. koneksi internet hari ini tampaknya lemot. Saya lihat di TV di ruang pantry hanya menampilkan berita mengenai kasus korupsi pajak yang tidak kunjung selesai dari 3 tahun lalu, bahkan pelakunya sudah berulang kali kabur dari tahanan polisi (kog bisa?). “tidak ada berita heboh padahal tadi pagi macetnya luar biasa? Jangan-jangan ada konspirasi pemerintah seperti jaman orde baru untuk menyembunyikan berita untuk mencegah kepanikan?” , saya memilih untuk berfikir positif dan membuang jauh-jauh prasangka negative.

Jam 12:00 siang.
Hari ini saya tidak bisa turun dan makan di warung sunda untuk menikmati sop iga kegemaran saya. Akses tangga darurat dan lift di tutup. Bahkan saya minta penjelasan pada Parjo kepala satpam kantor kami mengenai alasannya, tapi yang bersangkutan hanya menggerakkan bahu tanda tidak tau. Saya memilih makan mie instan saja yang memang disediakan di pantry, setelah itu menyelinap ke mushola dan tidur siang….hehehehehhe…

Jam 2.30 Siang.
Saya tersentak kaget mendengar suara gaduh. Rupanya saya tidur terlalu nyenyak sampai jam 2.30. keluar mushola dan pergi ke kamar kecil dan balik ke ruangan saya, namun ruangan kantor kami sudah kosong. “lho kog Saya ditinggal? Apakah ada pengumuman pulang lebih cepat? Tapi kog gak ada yang bangunin saya?”



Jam 3:00 Siang.
Saya tidak bisa turun lift mati dan tangga darurat terkunci. Saya merasa kesepian akhirnya saya nongkrong di pantry ditemani tv yang menampilkan warna biru alias tidak ada siaran. Kenapa nih?

Jam 3.30 Siang.
Saya mencoba mengkontak beberapa teman tapi sinyal handphone terputus. Telepon kantor mati, internet lemot bahkan bisa dibilang putus. Ada apa gerangan? Suasana terasa mencekam karena saya benar-benar sendiri, dan mulailah pikiran saya menjalari mengenai cerita-cerita seram di seputaran gedung. Merinding bulu kuduk saya.

Jam 4.00 sore
Saya mencoba mendobrak pintu tangga darurat tapi tenaga saya kurang kuat karena terbuat dari baja tebal. Gimana ya? Cari akal akhirnya saya keluarkan mesin fotokopi, (bodo amatlah kalo ntar manager saya marah, paling juga potong gaji buat service mesin fotokopi.)

Jam 4.30 sore.
Alhamdulilah, pintu akhirnya terbuka. Saya berlari turun ke lantai bawah, (oh iya kantor saya terletak di lantai 32 jadi bayangkan betapa jauhnya saya harus turun J)

Saya terus menuruni tangga, lantai 21 dan saya kaget setengah mati ketika berjumpa ditangga dengan 4 orang. Salah satunya anggota brimobmenodongkan AK47 ke arah saya. Satu wanita, seorang karyawan bank ternama tampak dari logo di rompinya, dan seorang office boy.

“lari, cepat!” teriak polisi itu.

“Lari kemana?” Kata saya. Saya mencoba meraih pintu lantai 23 tapi terkunci.

“cepat! Mereka mengejar.” Terdengar teriakan dari lantai bawah.

masa harus balik ke atas sih? Hati saya bertanya. Si Office boy dan wanita berlari melewati saya.

“ayo kamu juga!” si brimob membentak saya.
“di atas kantor saya, pintu terbuka.”  Kata saya entah kepada siapa.
Saya langsung berlari ke atas walaupun nafas sudah ngos-ngosan tidak satupun terlintas dipikiran saya apa yang sedang terjadi.

Kami sampai kembali ke kantor saya.

“kamu cari gagang pel atau apalah untuk ganjal pintu!” si Brimob menyuruh kami bertiga.

“pinjam kartu akses kamu!” si office boy berkata kepada saya “cepat!!”. Dan saya yang masih diliputi rasa bingung tanpa rasa curiga sedikit pun menyerahkan kartu akses kepadanya. Ia dan karyawan bank masuk ke kantor saya.

Muncullah seorang pemuda berambut kribo dari lantai bawah, wajahnya tampak merah kecapaian. “tutup!, tutup! Tahan pintunya!” si pemuda berkata dengan nada ngos-ngosan, tangannya memegang samurai. Tangan dan baju pemuda itu berlumuran darah. Saya, Si pemuda dan si brimob langsung menutup pintu dan menahan handle pintu yang terbuat dari palang besi sehingga mudah bagi kami bertiga menariknya untuk menahan agar tidak terbuka dari sisi satunya lagi. Dari bawah terdengar suara seperti auman dan teriakan, ramai seperti suara binatang banyak sekali.

“Apa yang dilakukan si pemuda kribo ini dengan samurai jangan-jangan habis bunuh orang dan dikejar massa, tapi kan ada polisi? ada apa gerangan?” muncul pertanyaan di benak saya. Tapi nanti saja bertanyanya ikuti saja apa mau mereka.

Office boy dan karyawan bank tampak kembali dari ruangan  dengan besi tiang bekas meja yang di copot paksa dan dipasangkannya di handle pintu tangga darurat untuk menahan pintu supaya tidak terbuka dari sisi satunya lagi. “saya menemukan ini.” Si wanita membawa tali tambang sisa perayaan tujuh belasan dari ruang pantry. “eh jangan itu buat tujuh belasan tahun depan.” Kata saya. Si wanita melirik sinis pada saya sambil memberikan tali itu kepada si kribo.

“ikat disini dan ujung satunya ke pintu sebelah sana.” Kata si brimob. Akhirnya Saya pun membantu mengikatkan tali tersebut ke handle pintu pantry sedangkan si pemuda kribo mengikat pintu tangga darurat. Saya yang masih bingung dengan situasi ini, kaget ketika mendengar pintu tangga darurat yang kami tahan digedor-gedor dari sisi satunya seakan-akan ada ramai orang di area tangga darurat. Dan terdengar suara menyeramkan seperti monster yang membuat bulu kudukku merinding ngeri.

“what’s going on?”

Bersambung…….

original story by :

REZA PRAMESWORO
id kaskus : ahuk
READ MORE >>

Sunday 21 November 2010

ZOMBIE!

Hey All...
beberapa waktu lalu, Yahoo merilis sebuah artikel tentang seberapa "ngaco" sebuah zombie (dalam film tentunya) dapat memporak-porandakan hidupmu..hehehe...yah kurang kacau apalagi kalo misalnya pas kita bangun tidur di kost2an kita, tiba2 sinyal handphone gag ada, radio tiba-tiba menyiarkan rekaman perintah evakuasi di Monas berulang-ulang, dan saat lo buka jendela, semua tetangga dan temen2 se-kost-an lo jadi mayat berjalan..hahahha...trus yang terngiang2 di otak lo adalah serentetan gambar2 dan video peristiwa di dalem game ato film tentang zombie yang pernah lo mainin..hahaha...matilah sudah masa depan mu kawan...makannya cepet bertindak sesuatu biar bisa tetap hidup, ngumpet atau lari???.

"Heyy gue gag tau macam2 tipe zombie...gimana gue mau ngambi keputusan!?"

gag usah takut gitu donk...
disini yahoo udah ngasih sedikit pemetaan tentang bagaimana karakteristik zombie yang udah pernah diangkat dan diwujudkan dalam film, lumayan khan bantu-bantu ngambil keputusan lo....
apakah teman2 mayat hidup lo itu secerdas zombie di return of the living dead?? atau sebodoh shaun of the dead hahahaha....

Nah kalo udah gini, kira-kira temen2 mau ngeliat zombie-zombie di Film MIASMA kayak apa sih???

PINTAR-LAMBAT???
PINTAR-CEPAT????
BODOH-CEPAT???
BODOH-LAMBAT???

Atau kyk apa???? you decide guys???

yah kalian pilih aja... maunya kyk apa...... keren deh...
READ MORE >>

Wednesday 10 November 2010

SURVIVOR LOST NOTE 008

Henry "the anesthetist"



Jakarta 20 Februari 2030

(sebuah kertas ditemukan di rumah sakit, kamar mayat)

saya Henry, saya salah satu staff anestesi di rumah sakit St. Carolus. pukul 5.00 dini hari saya bertugas untuk memberikan anestesi kepada salah satu pasien operasi kamiy ang ingin melakukan amputasi pada kakinya yang sudah terluka dan siap membusuk. 


Keadaan rumah sakit memang sedikit berbeda semenjak pemerintah menyatakan status waspada.Operasi yang biasa dilakukan 10 staff ahli sekarang hanya dilakukan oleh 3 staff kedokteran dikarenakan banyak staff kami yang menghilang entah kemana dan pasien pun hanya 8 orang untuk hari ini. kondisi ini sangat berbeda dan membuat rumah sakit ini tampak kosong dan sepi.

Operasi selesai dengan dilakukannya pemindahan pasien dari kamar operasi ke kamar lainnya dan saya pun kembali ke ruangan untuk melihat jadwal operasi berikutnya,hanya seorang suster yang bertugas melihat kondisi pasien pasca operasi amputasi. sekitar pukul 8.30 saya mendengar suara teriakan yang sangat keras dari kamar pasien yang baru saja melakukan amputasi. saya berlari secepat mungkin untuk melihat kondisi keadaan pasien. 

koridor demi koridor saya lalui, keadaan rumah sakit yang sepi membuat saya dapat mendengar hentakan sepatu saya ketika saya berlari. sampilah saya di kamar 303 dan saya mendapati  pasien telh menghilang dan lantai kamar tersebut penuh dengan darah ,  di pojok ruangan saya mendapati sebuah mayat yang tampak mengalami luka cukup dalam. Dari luka-luka tersebut dapat saya simpulkan luka-luka ini tidak biasa, tampak adanya metode cabikan ,kunyahan dan gigitan secara acak pada tubuh mayat ini. Saya memperhatikan mayat ini dengan seksama, ini mayat suster yang bertugas untuk pasca operasi pasien amputasi tadi pagi. 

saya bergegas lari keluar dan mencari pasien kamar 303 dan saya mendapati sebuah jejak darah yang menuju ke suatu tempat, saya mengikuti jejak tersebut. Sepanjang perjalanan mengikuti jejak ini saya tidak menemui satu pun staff rumah sakit. Jejak darah membawa saya  laboratorium. Saya memberanikan diri memasuki kamar tersebut, dan saya mencium bau busuk dari kamar tersebut. Saya menemukan pasien yang hilang dari kamarnya, tetapi saya benar-benar kaget melihatnya sedang mengunyah dan menggigit staff laboratorium. 

Saya bergegas lari sekuat tenaga untuk menemukan siapapun yang ada di rumah sakit ini untuk mencari pertolongan. Ruangan demi ruangan saya masuki namun saya hanya menemukan darah dimana-mana. saya mulai putus asa dan saya kembali ke ruangan saya untuk mengambil barang-barang yang diperlukan. saya mencoba untuk keluar dari rumah sakit ini, saya menuju lobby dan turun ke lantai 1.

lobby rumah sakit sudah dipenuhi dengan mayat-mayat yang menghancurkan rumah sakit dan beberapa dari mereka mengunyah , mencabik,dan saling melemparkan potongan-potongan mayat yang tampak masih segar. saya tidak punya jalan lain, maka saya mencari lokasi untuk bersembunyi. saya coba naik ke atas kembali dan saya mendapati mayat suster yang menjaga kamar pasien 303 berjalan di koridor rumah sakit dan berusaha mendekati saya. koridor demi koridor saya lalui untuk mencari tempat untuk bersembunyi, kali ini koridor tidak terasa sepi, suara-suara rintihan mulai terdengar bahkan beberapa diantaranya seperti mengerang kesakitan. 

hanya satu ruangan yang tampaknya sepi dan tidak ada suara-suara yang aneh dari kamar tersebut, kamar mayat. saya masuk ke kamar mayat dan saya berlindung dibawah sebuah meja.  saya tahu mungkin ini kesempatan terakhir saya dan saya sudah tidak mungkin bisa keluar dari rumah sakit ini. maka saya memilih untuk menulis kejadian yang terjadi di rumah sakit ini dan mungkin catatan ini bisa membantu siapapun yang menemukannya. mungkin ketika anda menemukan catatan ini saya sudah tidak ada , saya memutuskan untuk menyuntikan anestesi dengan dosis  sangat tinggi kepada diri saya sendiri. saya tidak ingin merasakan sakit ketika mereka berhasil memasuki kamar ini dan mulai menyiksa saya dengan cara mereka. Semoga catatan ini berguna bagi anda.


Henry



=====
ORIGINAL STORY BY DANNY WILSON PERAJI
danny_kamikaze@yahoo.co.id
@dannywilson18
READ MORE >>

Thursday 4 November 2010

SURVIVOR LOST NOTE 007

beberapa hari sebelum Tragedi Berdarah dijakarta, terjadi... 
--------------------------------------------------------------------------------------- 
Jakarta, 19 ... 20xx. Hari ke-1 

Pagi ini aku merasa lebih lemas dibandingkan dengan malam sebelumnya. Sudah tidak diragukan lagi meriang yang aku alami 3 hari terakhir ini disebabkan karena guyuran hujan yang tidak memberikan kesempatan untuk berteduh, ditambah lagi kondisi fisik yang super-lelah pada waktu itu. 

Demam yang aku alami kali benar-benar berbeda dengan yang sudah pernah aku derita selama hidupku.Bedanya, kali ini lebih menyiksa! Bayangkan saja, demam tinggi yang disertai sakit kepala ekstrim dan tidak ketinggalan batuk pilek yang cukup parah. Sesekali hidungku meneteskan darah yang sangat encer, sebetulnya tidak terlalu masalah buatku, hanya saja mimisan dalam kondisi fisik seperti ini sungguh merepotkan! Benar-benar neraka dunia bagi pria jomblo perantau yang tinggal sendirian. Di saat-saat seperti inilah aku mulai merindukan kehangatan sebuah keluarga. 

Tidak banyak yang bisa aku lakukan sekarang... sebaiknya aku kembali tidur saja. 


20 ,,, 20xx. Hari ke-2 

Hari ini aku tidak masuk kantor seperti hari-hari sebelumnya. Untungnya dokter kenalanku mau berbaik hati menambahkan hari ekstra untuk hari istirahatku, tapi ini bukannya curang, toh memang ternyata aku masih membutuhkan istirahat sampai hari ini 'kan? 

Sore ini aku memesan nasi capcay dari warung masakan cina langgananku untuk makan malam. Sambil menunggu makanan diantar aku membunuh waktu dengan membaca majalah. Tentu saja aku minta makanannya diantar, dalam keadaan sakit seperti ini kelihatannya akan memperburuk kesehatan jika harus keluar kamar kos. Majalah lifestyle terbitan terbaru yang sama sekali belum sempat kubaca itu aku baca hanya sekilas saja di tiap halamannya karena kepalaku masih agak pening. 

ketika aku sedang membalik halaman tiba-tiba pandanganku menempel pada halaman iklan sebuah restoran yang sudah lama sekali tidak aku kunjungi, sebuah restoran steak. Potret close-up daging steak sirloin, itu membuat nafsu makanku meraung-raung. 

Ini aneh sekali mengingat aku sudah menjadi seorang vegetarian sejak 5 tahun yang lalu, dan dalam 1 tahun belakangan ini aku sudah sama sekali tidak tergoda oleh masakan daging. Memang 2 hari terakhir ini nafsu makanku lebih besar daripada biasanya, mungkin karena tubuhku memang membutuhkan nutrisi untuk fase penyembuhan, tapi... daging? Itu benar-benar bertentangan dengan keyakinanku. 

Ketukan di pintu kamarku membuyarkan lamunan tentang daging steak yang terlihat lezat itu, ternyata pesananku sudah datang. Dan aku mulai bersantap malam setelah membayar tagihan yang diberikan oleh si pengantar makanan. 

Tapi nasi capcay vegetarian langgananku ini tidak senikmat seperti biasanya... 

... karena pikiranku masih membayangkan daging steak yang tebal itu. 


21 ... 20xx. Hari ke-3 


Bahkan pagi ini pun aku menginginkan daging steak untuk sarapan, walaupun pikiranku sejak tadi teralihkan oleh rasa gatal disekujur tubuhku. Sepertinya penyakitku bertambah parah, pusing tak kunjung reda, demam pun masih tinggi dan sekarang ditambah lagi penyakit kulit yang tidak jelas penyebabnya. 

Perutku terasa sangat lapar, tapi tubuhku sepertinya sangat malas untuk melakukan sesuatu, mungkin karena kelelahan, jadi aku memutuskan untuk berbaring sejenak sambil menggaruk pelan bagian tubuh yang terasa gatal. 

Bayangan daging steak itu kembali terbayang di pikiranku. Entah mengapa aku terpikir untuk menyantap daging steak di restoran itu setelah aku sembuh nanti, apakah aku sudah melupakan pantanganku akan daging? Atau, aku sudahi saja keyakinanku sebagai seorang vegetarian? Lagipula semua orang juga makan daging. 

Sambil berbaring dengan posisi badan miring, tatapanku terus terpaku lurus pada apa yang ada di depanku. Tidak ada pemandangan yang spesial, hanya ada lengan kiriku dan tembok polos kamarku sejauh mata menatap. 

Lalu pikiranku mulai kacau, aku mulai melihat lengan kiriku sebagai daging steak yang lezat. Rasanya ada yang salah tapi ini menyenangkan! Biarlah aku melepas imajinasi liarku untuk kali ini saja. Dan tiba-tiba saja ide gila itu muncul... untuk mencicipi segigit daging dari lengan kiriku. 



Ah, tidak... tidak. 
Hal gila itu tidak mungkin aku lakukan, kepalaku memang sedang sangat 
pening tapi aku yakin aku belum kehilangan kewarasanku. 

Namun rasa penasaran yang besar mendorongku untuk mencoba petualangan kuliner yang sedikit menakutkan itu. Maksudku, belum pernah ada yang tahu 'kan daging manusia itu rasanya seperti apa? Bagaimana jika yang aku bayangkan benar? Bagaimana jika daging manusia tidak kalah lezatnya dengan daging sapi? Lenganku sudah sangat dekat dengan mulutku, hampir menyentuh bibir, tapi rahangku tertahan oleh ketakutan akan rasa sakit ketika terkena gigitan. Kepalaku yang semakin terasa pusing berbisik meyakinkanku... 

"Satu gigitan saja tidak akan terlalu terasa sakit 'kan?

Terdorong oleh rasa lapar yang sangat menyiksa, tanpa ragu lagi aku mengigit lengan kiriku dengan cepat dengan harapan rasa sakitnya akan berlalu dengan cepat juga. Sambil mengunyah potongan daging sesekali aku menahan rasa sakit akibat luka gigitan di lenganku, tapi rasa lapar mengalahkan segalanya. Aku tidak percaya aku benar-benar melakukan semua kegilaan ini! 

Sambil terus mengunyah aku menangis meratapi diriku sendiri yang menyedihkan ini. Aku tidak tahu apakah aku sudah kehilangan akal? Aku tidak tahu apakah aku sudah demikian putus asanya? Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan setelah ini, 



Tapi ada satu hal yang akhirnya aku ketahui sekarang... 



INI ADALAH DAGING TERLEZAT YANG PERNAH AKU MAKAN !!! 


----------------------------------------- 

Zakiy Yumanto, 

web designer, 27 tahun 


Original Story Created By Yonathan Lim 

yonthlim@yahoo.com
READ MORE >>

Tuesday 2 November 2010

SURVIVOR LOST NOTE 006

The survivor’s shelter point, Mall Ambassador Kuningan
1 Agustus 20X1, Pukul 16.40 WIB


Jika kamu masih sempat membaca tulisan ini, segeralah mencari tempat perlindungan…



Ketika semuanya berawal…


aku memandang keluar dari jendela bis yang kunaiki. Hujan lebat yang turun sejak bisku masuk ke perbatasan Jakarta membuat kaca jendela berkabut dan aku merasa seperti orang yang rabun jauh. Jakarta dan hujan. Kombinasi yang bagus. Apa lagi yang bisa kuharapkan dari kota yang alergi berat dengan hujan ini? aku sama sekali nggak membayangkan aku harus datang ke kota ini. Kalau saja bukan ibu yang menyuruhku…


“kamu ke Jakarta sana. Adikmu sepertinya mendapat kesulitan. Ibu sedang banyak urusan di Banjarmasin, jadi belum bisa menjenguknya. Kamu mau, kan, Sayang?”


Aku sama sekali nggak punya kekuatan buat menolak…


Dan masalah apa yang persisnya adikku timbulkan, aku nggak tau. Tapi aku nggak heran. Punya adik dengan temperamental seperti itu, orang tuaku udah terbiasa mendapatkan surat panggilan dari Guru BP SMA-nya, setidaknya sebulan sekali. Dan setahun yang lalu, dia memilih untuk kuliah di Jakarta. Pilihan yang aneh, jujur saja, karena sejak dia duduk di bangku SMA, dia selalu berujar kalau Jakarta adalah kota yang menjadi pilihan terakhirnya untuk tinggal di Indonesia.


Dan, pada akhirnya, adikku sepertinya memilih dari baris yang paling bawah, bukan dari atas…


Jakarta, kota dengan seribu masalah. aku nggak pernah menyadari kalau kota itu tidak hanya akan menjadi pilihan terakhir bagi adikku..


Tapi juga bagi semua orang…


Hujan mulai berhenti turun ketika bis gw melewati gerbang tol pondok Gede. Tapi keadaan di luar membuatku menyesal telah dengan mudahnya menuruti permintaan ibuku. Aku menghela napas. Aku betul-betul salah memilih hari untuk datang ke Jakarta.


Mudah-mudahan aku bisa sedikit tersenyum ketika aku sampai di terminal lebak bulus..


Oh ya, sekedar informasi, aku sebenarnya kelahiran Banjarmasin, yang kuliah di univeritas di bandung. Orang tuaku semuanya tinggal di Banjarmasin. Hanya aku dan adikku yang merantau untuk menempuh pendidikan. Aku di Bandung, adikku di Jakarta.


Oke, berhenti membicarakan diriku, karena sepertinya ada yang aneh dengan Jakarta hari ini…


Aku kembali memandang ke luar. Berusaha untuk melihat dengan fokus, aku memicingkan mata. Di luar, aku melihat orang-orang berlarian di pinggir jalan. Cara berlari yang aneh, karena mereka sepertinya sudah kehilangan kemampuan untuk berjalan lurus. Atau mungkin mereka sedang mabuk? Tidak mungkin… seumur hidup aku belum pernah mendengar ada orang yang mabuk berjama’ah berlarian bersama di pinggir jalan. Dan jumlahnya bukan hanya satu atau dua…


Tapi puluhan..


Hei, tunggu dulu, bukannya ini masih di jalan tol?


Lalu apa yang mereka lakukan luar sana?


Tampaknya bukan Cuma aku saja yang menyadari keanehan ini. Hampir semua penumpang di dalam bis menoleh ke samping kiri, menunjuk-nunjuk gerombolan orang-orang itu dengan penasaran. Beberapa, aku melihat, tampak ketakutan. Kejadian itu berlangsung selama beberapa saat, sampai kemudian mendadak seorang ibu yang menggendong anaknya menjerit keras sambil menunjuk keluar. Persisnya apa yang membuat ibu itu menjerit, aku nggak pernah mengetahuinya, karena mendadak bis mengerem dengan keras. Semua penumpang, termasuk diriku, terlempar ke depan. Bis itu oleng ke kanan. Kemudian terdengar suara benturan. Bis itu terguling ke samping, dan aku terbating bersama puluhan penumpang yang lainnya. Kaca jendela pecah dan beberapa penumpang ada yang terhempas keluar. Jeritan dan teriakan… suara benturan dan ledakan… bis terguling beberapa kali. di tengah semua itu, aku berusaha untuk tetap sadar, namun kepalaku terbentur sesuatu yang keras, dan semuanya berubah gelap…








Aku membuka mata sambil merintih pelan, dan langsung menjerit keras...


Di hadapanku, seorang wanita dengan mata terbuka memandang kosong ke arahku. Wajahnya dipenuhi darah segar. Mulutnya ternganga. Dari tampangnya, bisa dipastikan, ia telah tewas. Aku memandang sekeliling, dan pemandangan yang kulihat malah membuatku ingin muntah. Di tempat di mana kaki wanita itu seharusnya berada, tidak kulihat apa-apa kecuali potongan daging berlumuran darah dan, sesuatu seperti.. apa itu? Ususkah? Aku benar-benar muntah…


Namun itu belum seberapa…


Aku mencoba untuk bangkit. Di atasku bangku bis bersilangan dan saling berhimpit, sehingga membentuk layaknya atap yang menaungiku. Jadi itulah yang membentur kepalaku, dan itu jugalah yang sepertinya melindungiku dari benturan benda yang lainnya, sehingga aku bisa selamat dan sadar. Aku mendorong kursi itu hingga terlempar. Bis terkutuk ini, entah bagaimana, telah kembali ke posisinya yang normal, hanya saja isi di dalamnya tidak lagi senormal seharusnya. Atau.. harus kukatakan, jauh dari apa yang seharusnya terjadi.


Ketika aku bangkit, aku mendapat pemandangan paling mengerikan seumur hidupku. Tubuh-tubuh tergeletak berlumuran darah di depanku, beberapa dengan kondisi mengenaskan. Bahkan (aku kembali ingin muntah) kulihat potongan tangan dan kaki berserakan di depanku. Darah berceceran di semua bagian bis yang porak-poranda.


Apa yang terjadi? Aku kehilangan akal… ini seperti mimpi buruk yang menjadi kenyataan…


Ketika aku berusaha untuk melangkahi mayat seorang laki-laki yang terjepit badan bis dan kursi, bis itu bergoyang hebat, seperti ada sekelompok orang yang mendorongnya (atau membenturkan diri?) secara bersamaan. Mengira itu adalah warga sekitar yang berusaha menolong, aku bergegas, menuju ke arah pintu keluar. Namun belum sampai aku ke sana, seseorang telah lebih dulu naik ke dalam bis.


Tunggu dulu… orang?


Orang yang naik ke dalam bis itu, tampangnya tidak jauh beda dengan para mayat yang ada di depanku. Rusak dan berlumuran darah. Hanya satu perbedaannya, ia hidup, dan berjalan…


Orang itu melihat darah dan daging segar dari para mayat, kemudian langsung menjatuhkan dirinya dan menggigiti daging itu dengan kebuasan seperti singa yang belum makan selama seminggu. Tapi aku masih bisa tahan bila melihat singa, karena memang itulah sifat dasarnya, sementara yang kulihat di depanku?


Manusia memakan daging manusia.. dengan buas.


Kemudian datang lagi yang lain, dengan tampang tak kalah rusah dengan yang sebelumnya, dan langsung bergabung dengan temannya yang telah makan duluan. Pemandangan ini benar-benar membuatkku ngeri. Apa yang terjadi sebenarnya?


Aku mundur dengan perlahan. Tentu saja naluriku mengatakan kalau aku harus lari secepat mungkin. Tapi kakiku bergetar hebat hingga aku kesulitan berjalan. Manusia-manusia kanibal itu masih terus saja makan daging para mayat itu dengan rakus. Mereka tidak menyadari keberadaanku, setidaknya belum…


Aku berhasil turun dari bis tanpa mereka ketahui. Apa yang kulihat di luar betul-betul membuatku menyangka aku sudah gila. Aku berada di tengah jalan tol dalam kota Jakarta, namun sekarang jalan tol itu dipenuhi oleh rongsokan mobil-mobil yang saling bertabrakan tepat di depan gerbang tol. Mayat-mayat berserakan. Darah di mana-mana. Suara sirine dan ledakan saling bersahutan di kejauhan. Orang-orang berlarian. Dan mereka kabur dari…


Mayat berjalan…


Ya.. mayat-mayat itu memang berjalan, dan mereka mengejar orang-orang yang masih hidup. Aku melihat seorang polisi berlari ketakutan dikejar bapak-bapak yang wajahnya terkoyak. Ia menembak bapak-bapak itu tepat di dada, di tempat di mana orang biaa seharusnya sudah mati bila tertembak seperti itu. Tapi ia terus berjalan… oh tidak, berlari. Ia berlari mengejar polisi itu, dan di depan mataku, aku melihat polisi itu dikeroyok oleh mereka, pada manusia kanibal itu. Aku tak kuat lagi melihat ketika salah satu potongan tangan terbang ke atas kerumunan itu dan terjatuh di dekatnya.


“Pergi dari sini!”


Seseorang berteriak di dekat telingaku. Ia adalah laki-laki berumur sekitar 30 tahunan. Ia memegang pemukul satpam, dan tampaknya baru saja berkelahi dengan salah satu manusia kanibal itu, terlihat dari kemejanya yang berlumuran darah.


“apa yang kamu lakukan? Cepat lari!” teriaknya lagi.


Aku tak perlu diingatkan dua kali, karena tepat saat itu seseorang menghampiri kami dengan tampang beringas. Aku mengikuti laki-laki tadi, berlari zig-zag diantara bangkai mobil yang tercecer sepanjang jalan tol. Di belakang kami, satu persatu mayat berjalan itu mengejar kami.


Aku berteriak, meminta dia menungguku. Usaha yang bodoh. Siapa juga yang mau menunggu seseorang dengan resiko mati? Dengan susah payah – tenagaku belum pulih gara-gara kecelakaan bis tadi – aku berlari.


Aku berusaha melompati pagar pembatas jalan tol. Pagar itu hamper rubuh tertabrak trus gandeng, sehingga aku bisa melompatinya dengan mudah. Untung saja begitu, karena mayat berjalan itu masih mengejarku dan, mereka semua langsung menabrak pagar, saling berhimpitan satu sama lain. Tampaknya mereka masih belum punya cukup otak untuk menganalisa bahwa pagar itu bisa dilompati.


Aku tak tahu di mana orang yang meneriakiku tadi. Tidak penting. Nyawaku jauh lebih berharga saat ini.


Aku langsung berlari ke arah toko baju yang tampaknya tutup. Kupaksa untuk membuka pintunya, dan betapa beruntungnya aku, pintu itu bisa terbuka. Aku bisa berlindung sementara di sini, asalkan mayat berjalan itu tidak menyadari aku ada di dalamnya.


Di dalam sepi. Aku berusaha untuk menarik napas, dan mengaturnya. Jakarta berubah…. Menjadi kota neraka…


Dan di dalam kekalutan pikiranku, hanya ada satu yang kupikirkan…


Adikku…


Di mana dia sekarang?


Apa aku masih bisa hidup cukup lama untuk bertemu dengannya?


Ataukah…


Apa ia masih bisa hidup cukup lama untuk menungguku menjemputnya?






Hendy Firmansyah, Mahasiswa 20 tahun.



-original story by-
Penulis : Khalid Saifuddin
No. KTP : 3603122908900005
Tanggal : 27 Oktober 2010
Email : Khalid.saifuddin@ymail.com
READ MORE >>

SURVIVOR LOST NOTE 005

Berawal dari liburan panjang kuliah, kini aku terjebak didalam ruangan sebuah gedung kantor yang sempit dilantai 3. Sendirian, dengan nafas yang terengah-engah dan rasa ketakutan yang mencekam sampai air mataku pun ikut keluar.
Aku sengaja membuat sebuah diary ini, karena bagiku mungkin aku akan tewas tidak lama lagi, dengan harapan seseorang akan menemukan tulisan ini dan mengetahui kejadian sebenarnya yang terjadi pada penduduk Jakarta dan juga tentang kisahku tentunya.
Diary of The Dead, Hahaha. Semoga..


Sebelumnya perkenalkan, namaku Dhika, aku adalah seorang mahasiswa perguruan tinggi swasta di Bandung. Sebenarnya asalku dari Jakarta, namun karena dorongan orangtua makanya sekarang aku tinggal di Bandung sementara waktu untuk kuliah.

Hobiku adalah bermain game dan menonton film. ya, terutama film horor dan yang paling favorit adalah film Zombie. Aku sangat menyukai film-film dengan berbau Zombie, sampai-sampai aku sempat bermimpi bagaimana jika Jakarta atau kota-kota lain di Indonesia terjangkit sebuah virus aneh lalu orang-orang itu berubah menjadi zombie, itu pasti akan seru dan menyenangkan sekali bagiku.
Aku dan beberapa orang lainnya yang menyukai Zombie ini juga tergabung dalam suatu club aneh yang bernama IZOC, ya singkatan dari Indonesian Zombie Club. terdengar keren bukan?. Kami semua juga ternyata mempunyai mimpi yang sama.. ingin sekali membunuh para Zombie-zombie dengan menggunakan tongkat baseball, menembak kepala mereka dengan sejata api, lalu menjarah sebuah supermarket, dan lain-lain.


Pertengahan tahun 20X1, liburan panjang kuliah tiba. Dengan rasa senang dan semangat aku berangkat pulang menuju Jakarta dengan menggunakan jasa travel. Disepanjang jalan aku tidak sabar untuk segera tiba di Jakarta, ingin berjumpa keluarga, teman, dan tentunya juga kekasih yang sudah lama tidak bertemu.
Tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata perasaanku saat itu, senang sekali rasanya.

Malam, ketika sudah sampai dipemberhentian bus travel di Jatiwaringin, aku pun bergegas untuk segera naik angkot menuju rumah. Terlihat jelas sekali kalau di Jakarta habis diterguyur hujan deras, semua jalanannya basah, banyak genangan air di sisi-sisi jalan dan kaca-kaca mobil berplat B terlihat penuh dengan tetesan bekas terkena air.

Sesampainya dirumah rasa rindu pun sirna ketika aku melihat keluargaku yang menyambutku gembira. Ibuku menghampiriku lalu memelukku dengan erat. Dengan tersenyum mereka semua menanyai bagaimana kabarku. Senang sekali.
Setelah beberapa perbincangan rindu, aku menuju ke meja makan, terlihat dan tercium aroma masakan khas rumah yang tidak bisa ditemukan dimanapun, bersama dengan yang lain kami pun akhirnya makan malam bersama sambil menonton TV dan berbincang-bincang. Kehangatan yang sangat aku rindukan sekian lama.

ohh sial! mengingat hal itu membuatku kembali meneteskan air mata.

Keesokan harinya, pagi, aku terbangun oleh bunyi sebuah pesan singat dari kekasihku. Aku segera bangun dan pergi mandi. Lalu aku pun sarapan pagi dengan nasi goreng buatan ibuku. Setelah itu aku nonton TV sampai sekitar jam 10 diatas sofa favoritku.

Awal rencananya, hari ini aku ingin pergi jalan-jalan bersama kekasihku sekaligus melepas rindu. tetapi karena suatu hal dia tidak bisa pergi denganku hari ini. Agak sedikit kecewa tapi ya sudah, toh dipikiranku besok juga kita pasti ketemu. Lalu, aku pergi keluar untuk bertemu teman-teman rumah, ngobrol-ngobrol sambil meminum kopi hangat yang dipesan dari warung samping saung.

Setelah agak lama kita berbincang-bincang, Rahman, teman rumahku sejak kecil, ia mengajak aku untuk pergi ke Blok M untuk menemani dia membeli suatu barang. Saat itu tanpa pikir panjang aku menyetujui karena hari ini pun aku tidak kemana-mana karena rencanaku batal tidak bisa bertemu dengan kekasihku. Kami pun bersiap-siap, aku mengeluarkan scooter-matic ku dari gudang. Tetapi tiba-tiba Handphone disaku ku berbunyi, kekasihku menelponku. Dia berkata kalau ia ingin bertemu denganku hari ini walaupun hanya sebentar saja. Aku pun menyetujuinya. Sebelum menuju ke Blok M aku mampir terlebih dahulu ke rumah kekasihku itu untuk sekedar bertemu muka dengannya. Saat itu dia terlihat cantik sekali dengan senyuman khasnya.
Dan yang ku sadari kini adalah itu terakhir kalinya aku melihatnya.

Aku dan Rahman kini tengah berada dijalan menuju Blok M. Saat kami berada di kawasan sekitar Pancoran, kami berdua melihat suatu keributan antara supir Angkutan Umum dengan pengendara sepeda motor. Kami pun melintas didepan keributan itu, ramai sekali orang-orang yang menyaksikannya sambil mencoba memisahkan. Sekilas kami melihat wajah pengendara sepeda motor itu sangat pucat, dari hidungnya keluar darah. Entah karena apa, mungkin karena dia sedang sakit atau habis dipukul oleh supir angkot itu.
Kami pun melanjutkan perjalanan, sepanjang itu kami merasa seperti ada suatu hal yang janggal dengan ini semua.
Kami banyak menemui orang-orang dijalan dengan wajah yang sangat pucat, seperti orang sakit.

Andaikan saja waktu itu aku menyadari hal ini lebih awal, pasti aku tidak akan seperti sekarang ini.

Sesampainya di Blok M, setelah aku memarkirkan kendaraanku, kami pun berjalan kaki mengelilingi toko-toko disana sembari mencari barang yang di inginkan temanku itu. Cukup lama kami berjalan dan mencari-cari, lalu sejenak kami berhenti di sebuah toko sepatu yang dijaga oleh seorang bapak-bapak yang usianya sekitar 40 tahunan. Terlihat temanku itu tertarik untuk membeli sebuah sepatu yang berada di toko itu. Terjadi tawar-menawar antar keduanya.

Ketika sedang menyaksikan temanku itu menawar harga, mendadak, entah karena apa, beberapa orang disekitar kami terjatuh pingsan dengan hidung dan mulut yang mengeluarkan darah, aku kurang ingat berapa orang, tapi yang pasti jumlahnya lebih dari 14 orang. Dan tak lama kemudian terjadi lagi hal serupa, beberapa orang pun ikut jatuh pingsan satu persatu. Orang-orang yang menyaksikan itu seketika menjadi heran apa yang telah terjadi. Sampai mereka tidak bergerak sedikitpun sambil memasang wajah penasaran, sama seperti kami. Akan tetapi tidak sedikit juga orang yang mencoba menolong dan mencari tahu kenapa orang-orang itu pingsan.

*Brakkkkkkk* Terdengar jelas sekali, suaranya seperti suara mobil yang tengah menabrak sesuatu. Aku hanya diam terpana pada saat itu. Bingung, apa sedang terjadi sekarang ini tiba-tiba semuanya terasa menjadi aneh. Aku dan Rahman saling menatap selama beberapa saat, dan kemudian kami melihat salah satu orang yang pingsan pun terbangun. Mukanya pucat sekali dengan mulut penuh darah. Dia berlari menghampiri salah seorang anak muda yang mencoba menolong orang-orang yang pingsan. Namun apa yang terjadi saat itu adalah awal mulanya kekacauan yang terjadi kini. Orang yang bangun dari pingsan itu mengigit leher anak muda sampai mengeluarkan banyak darah. Brutal sekali. Anak muda itu berteriak kesakitan dan meronta-ronta sambil berusaha melepaskan diri. Melihat itu perutku terasa mual, berasa ingin muntah. Menjijikan.

Orang-orang yang melihat sontak menjadi histeris dan berteriak. Mereka berteriak menyuruh orang pingsan itu untuk berhenti melakukannya. Beberapa orang mencoba menolong melepaskan anak muda itu. Tapi sesaat kemudian kami melihat lagi satu persatu dari orang yang pingsan itu terbangun dan melakukan sama seperti apa yang dilakukan orang pingsan sebelumnya. Mengerikan. Orang-orang seketika berlarian histeris. Aku sendiri masih tidak bergeming sedikit pun melihat apa yang terjadi, sampai akhirnya Rahman memegang pundakku dan menyuruhku untuk lari dari tempat itu. Kami pun berlari menuju parkiran. Rahman mengusulkan agar kita pulang saja. Yang kami pikirkan waktu itu hanyalah berlari menjauh dari orang pingsan itu. Tetapi ternyata semua orang pun berpikiran sama, parkirannya penuh sesak. Kami pun terpaksa berlari lagi mencari tempat lain yang agak aman.

Akhirnya kami berdua sampai disebuah sisi gang yang cukup lebar, kami istirahat sejenak untuk menambil nafas. Kami menyaksikan sebuah kekacauan. Orang-orang berlari ketakutan. Ada juga beberapa orang yang memanfaatkan kejadian ini untuk menjarah toko. Ironis.
Tepat didepan kami melintas seorang ibu-ibu yang tengah berlari, dibelakangnya terdapat seorang pria berbadan cukup besar dengan mulut penuh darah mengejarnya. Kami berdua hanya memperhatikan saja. Dan tiba-tiba sang ibu tertangkap oleh pria tersebut, dengan tanpa ekspresi pria itu mengoyak isi perut sang ibu. Sangat tidak berkeperimanusiaan. Temanku ini ternyata tidak tahan melihat kejadian itu, dia muntah. Lalu seketika aku baru menyadari kalau yang sedang terjadi ini adalah sebuah mimpi yang dulu aku idamkan, yaitu Zombie Apocalypse. Tanganku gemetar. Lalu aku mencoba menjelaskan kepada temanku ini apa yang terjadi. Aku panik bukan main, tubuhku terasa lemas. Kami pun bersembunyi dibalik tumpukan kardus berharap pria itu tidak melihat kami. Tiba-tiba nafasku menjadi cepat. Aku sangat ketakutan. Ini semua sama sekali tidak seperti yang ku impikan, berbeda sekali.

Tidak sampai 15 menit setelah awal kejadian yang terjadi pada anak muda tersebut, kini semuanya menjadi kacau balau. Yang terdengar hanya suara teriakan orang-orang dan jeritan kesakitan. Bisa dibayangkan, Blok M, tempat yang begitu ramai, sekarang orang-orangnya sibuk menyelamatkan dirinya masing-masing dari pemangsa buas. Dan lebih parahnya kami berada ditengah-tengah itu. Sungguh, tidak ada rasa yang menyenangkan sama sekali seperti apa yang dulu aku mimpi-mimpikan. Hanya rasa takut dan kepanikan yang menyelimuti. Aku melihat temanku agak mulai kehilangan diri, dia panik dan ketakutan sekali. Dia menyuruhku untuk segera pergi dari sini sambil memegang pundakku dengan tangan yang gemetaran.


Aku berpikir kadang ada baiknya juga sering-sering menonton film, karena mungkin dari situlah kita tetap bisa hidup, setidaknya untuk bertahan hidup yang lebih lama. Dan saat itu aku mulai mengingat-ingat kejadian yang ada di film. Hal pertama yang ku ingat saat terjadi seperti sekarang adalah jangan panik, tetap mengkontrol emosi. Aku pun menyuruh Rahman untuk tenang, hadapi dengan kepala dingin. Tidak segampang yang di ucapkan memang, kenyataannya sungguh sangat sulit dilakukan. Saat itu aku pun masih merasa panik, tidak bisa berpikir secara jernih dan ketakutan yang amat sangat.

Kami mulai berlari kembali mencari lokasi yang aman untuk perlindungan, dengan langkah yang sangat hati-hati. Seketika jantungku berdebar kencang sekali ketika aku melihat didepanku ada seorang wanita dengan mulut penuh darah menatapku dan berlari kearahku. Nafasku tiba-tiba menjadi pendek dan cepat. Tubuhku gemetaran. Rahman berteriak kepadaku untuk lari. Tapi aku masih diam terperanga seperti orang bodoh saat itu. Wanita itu semakin dekat, Rahman terus saja berteriak kepadaku. Kira-kira setelah wanita itu berada kurang lebih 3 meter didepanku, aku baru sadar dan beranjak untuk berlari. Cepat sekali larinya wanita itu, seperti atlit saja. Sepanjang aku berlari, terlihat jelas sekali nampak mayat-mayat yang tergeletak di tanah. Setelah cukup lama berlari aku pun menoreh kebelakang, ternyata wanita itu sudah tidak lagi mengejarku, mungkin dia sudah mendapatkan santapan yang lain. Dan yang kusadari Rahman pun ikut menghilang.

Aku melihat sebuah gedung berantai 2, sebuah ruko mungkin. Aku pun tanpa pikir panjang langsung masuk kedalam. Kemudian dilantai aku menemukan sebuah pentungan yang biasa digunakan polisi dan aku mengambilnya. Dengan sedikit keberanian yang ku punya aku pun mencoba masuk lebih dalam lagi. Menyusurin beberapa ruangan di lantai 1 lalu naik ke lantai 2. Dan di sebuah ruangan dilantai 2 pun aku mendengar sebuah suara yang agak sayup-sayup. Tanganku gemetaran sambil memeggang pentungan polisi ini dengan kedua tangan. Mencoba membuka pintu ruangan tersebut, tetapi terkunci. Lalu aku mencoba bertanya apakah ada orang didalam. Ternyata yang ku temukan adalah sekelompok karyawan dari ruko ini tengah sembunyi ketakutan. Jumlahnya 4 orang, 1 wanita muda, 2 orang ibu-ibu dan 1 lelaki tua yang terlihat seperti petugas kebersihan.

Kami berlima pun mencoba menutup semua akses masuk ke ruko ini. Pintu masuk dilantai satu sudah dikunci. Pintu belakang pun juga. Semua jendela telah ditutup rapat dan tak terlihat, sehingga apapun yang diluar sana tidak bisa melihat kita. Aku mulai memikirkan Rahman temanku itu, kemana ia pergi. Aku mencoba menghubungi dia melalui Handphoneku, tetapi nihil, hanya nada sibuk yang kuterima. Begitu juga saat aku mencoba menghubungi keluarga dan kekasihku. Aku sempat menangis histeris ketika itu. Aku memikirkan apa yang terjadi kepada mereka, apakah mereka baik-baik saja atau bagaimana. Air mataku mengalir deras dan dadaku terasa sesak.

Kira-kira sudah 30 menit aku berada disini. Aku mencoba mengintip keluar melalui jendela. Suasananya hening hanya di isi beberapa jeritan orang kesakitan. Sangat kacau, mayat-mayat bergelimpangan, darah dimana-mana, gerobak dagangan tergeletak hancur, beberapa mobil dan gedung terlihat terbakar, kepulan asap hitam menghiasi kota Jakarta siang ini. Mahluk buas, atau ku sebut saja Zombie itu terlihat diberbagai sudut jalan. Mayat yang tadinya tergeletak tak bergerak kini mulai bangkit dari tempatnya. Aku mulai tak percaya apa yang sedang ku lihat saat itu. Seperti di dalam film.

Malam pun tiba, kami berlima membagi tugas untuk berjaga-jaga bergiliran.
Inilah ilmu yang ku dapat dari menonton film untuk tetap bertahan hidup. Untungnya mereka menurut saja apa yang aku katakan, walaupun terbilang aku yang paling muda diantara mereka. Persediaan makanan minuman kami hanya sedikit. Hanya beberapa sisa makan siang tadi dan beberapa bungkus mie instant. Air pun hanya tinggal seperempat dari galon air mineral. Dengan sehemat mungkin kami berbagi makanan dengan yang lain.

Sudah 2 hari aku tinggal disini, tidak ada sama sekali tanda-tanda bantuan terlihat. Malah pemandangan Jakarta diluar sekarang makin mengerikan. Jumlah zombie-nya makin bertambah banyak. Terlihat seperti pasar zombie. Kalian bisa membanyangkan, populasi orang di Jakarta begitu padat dan semuanya menjadi zombie kelaparan. Tak heran kadang aku melihat mereka saling memakan satu sama yang lain. Kota ini terlihat seperti kota mati. Tidak ada tanda-tanda kehidupan lagi selain zombie-zombie itu.

Kami semua yang berada di ruko ini mulai kehabisan makanan. Minuman yg kami minum pun hanya mengandalkan air keran serta kompor dan tabung gas LPG 3kg yang sudah mau habis. Kami mulai berpikir bagimana caranya keluar dari sini untuk mencari makanan dan minuman. Sedangkan diluar sana segerombolan mahluk kelaparan juga menanti kami semua. Aku pun berpikir keras untuk mencari cara agar bisa keluar dengan aman. Sampai akhirnya aku menemukan satu-satunya ide gila yang sangat mempertaruhkan nyawa yang membuatku terjebak ditempat ini sekarang.

Aku pergi ke atap ruko ini. Sambil membawa benda-benda yang tidak berguna untuk dilempar. Ide ku adalah pertama, melemparkan tali yang sanagat panjang yang ujungnya dieratkan pemberat, dari atap ruko ke seberang kanan jalan tepat ke depan toko yang ingin ku tuju. Kedua, mengalihkan perhatian zombie-zombie itu dengan cara melempar benda-benda ke sudut yang berlawanan dengan rute ku berlari nanti dengan menyuruh yang lain melakukannya. Ketiga, aku keluar dengan mengendap-ngendap dan berlari ke arah toko seberang sambil membawa 2 kantung plastik besar yang telah ku lapis 2 agar tidak robek dan pentungan polisi. Ketiga, aku masuk kedalam lalu mengambil sebanyak dan secepat mungkin makanan yang ada. Keempat, dengan cepat aku mengikatkan katung plastik yang berisi makanan ke tali telah dilepar tadi dan menyuruh untuk mengangkatnya. Kelima, Kembali lari secepat mungkin ke ruko tanpa terlihat zombie satu pun. Mungkin kalian berpikir, kenapa harus repot-repot menggunakan tali untuk membawa plastik itu? kenapa tidak langsung lari saja membawa plastik itu? Huh, jika seperti itu malah makin mempertaruhkan nyawa dan jika salah-salah ujungnya akan menjadi sia-sia belaka.

Rencana pun mulai dijalankan. Aku berkata kepada mereka, jika dalam 2 menit aku belum kembali kunci saja pintunya. Rencana pertama sukses. Dan aku sudah bersiap didepan pintu untuk menunggu aba-aba berlari dengan kantung plastik ditangan. Rencana kedua dilancarkan, zombie itu pun mulai mengalihkan perhatiannya ke tempat jatuhnya benda-benda yang dilempar, rencana ini juga sukses. Seketika aba-aba untuk berlari pun di teriakan. Aku langsung keluar dengan jantung yang sangat berdebar-debar, berlari sekuat tenaga. Sesampainya di toko aku langsung memasukan makanan dan minuman ke dalam kantung plastik secepat mungkin. Setelah itu aku mengikatkan kantung plastik yang sekarang berat karena penuh dengan makanan dan minuman ke tali yang telah dipersiapkan. Namun sialnya ketika belum selesai mengikat plastik yang kedua, ada zombie yang melihatku. Tanpa isyarat dia langsung berlari ke arah ku. Aku bangun dan bersiap untuk menghajar zombie itu dengan pentungan yang aku pegang. Lagi-lagi ini terasa sangat mengerikan. Dengan sekuat tenaga mengumpulkan keberanian, aku pun memukul tepat di kepalanya dengan pentungan yang ku bawa. Darah yang keluar cukup banyak. Dan selagi dia jatuh aku terus memukul kepalanya hingga hancur dan tidak bergerak. Setelah itu aku kembali mengikatkan plastik ke tali. Tapi sayang ketika aku ingin kembali aku melihat ada puluhan zombie didepan ku yang tengah berlari menghampiriku. Sontak aku juga langsung berlari menjauh. Sekuat tenaga aku berlari. Zombie yang mengejarku kini makin bertambah banyak. Mereka berlari tanpa mengenal lelah. Aku yang hampir tidak kuat lagi berlari lalu memutuskan untuk masuk ke dalam gedung kantor yang cukup besar. Bodohnya, aku tidak berpikir panjang. Ternyata didalamnya juga banyak zombie kelaparan. Dengan nafas seadanya aku pun berlari menaiki tangga darurat sampai ke lantai 3. Kemudian aku melihat sebuah ruangan dengan pintu terbuka dan masuk kedalamnya. Mengunci pintu lalu menahannya dengan meja dan kursi. Kini aku ketakutan. Mereka mencoba untuk masuk kesini. Aku harap pintunya cukup kuat untuk menahan mereka. Tetapi tidak ada yang bisa aku lakukan lagi disini. Hanya jendela jalan keluar satu-satunya. Tapi tidak mungkin, ini cukup tinggi untuk melompat.

Sekarang, inilah yang ku lakukan. Mungkin, Aku menulis diary ini untuk terakhir kalinya. Hidupku sudah terasa tidak akan lama lagi. Terlihat pintunya sudah tidak kuat menahan mereka. Dan kuharap apa yang barusan aku lakukan adalah hal yang berguna. Semoga mereka berempat bisa selamat dari sini.

Aku masih rindu dengan keluargaku, aku rindu dengan semua yang ada di Jakarta 3 hari yang lalu.


Dhika.

NB: Kuharap pemerintah bertanggungjawab penuh atas kejadian ini



Original Created by dhika TB
ID kaskus : second_symphony
ST TELKOM bandung
READ MORE >>