Nama saya Deni Sulaiman. Saya bekerja sebagai staff R&D laboratorium farmasi yang bertempat di gedung Landmark. Di Indonesia kantor kami memiliki dua site yaitu pabrik yang terletak di daerah Cilegon dan kantor pusat sekaligus laboratorium kecil di Jakarta. Kantor kami memproduksi vaksin untuk beberapa penyakit menular dan melakukan penelitian bagi beberapa proyek pemerintah ASEAN. Sebagian besar penelitian dilakukan di luar negeri, New Zealand tempat laboratorium pusat kami yang dibangun atas kerjasama ASEAN dan pemerintah Kerajaan Inggris. Fasilitas di Jakarta pun hanya untuk mengambil sample dan analisa ringan. Saya tidak pernah melupakan hari paling buruk dalam hidup saya. Dan hari yang membuat hidup saya berubah 180 derajat.
Jam 9:00 pagi.
Hari ini seperti biasa saya masuk kerja, walau agak telat sedikit karena kemacetan yang menggila sebab beberapa ruas jalan ditutup. Entah ada apa, banyak sekali mobil patroli dan ambulans lalu lalang dan tampak beberapa truk milik Polisi dan TNI di parkir di sudut jalan, tampak juga sebuah water canon dan panser. Saya pikir paling juga demonstrasi buruh pabrik yang menuntut kenaikan upah atau paling parah adalah teroris, seperti kejadian beberapa tahun lalu saat serangan bom di hotel JW Mariot hari Jumat pagi. Untung saya naik motor jadi masih bisa naik trotoar seperti pengendara motor lainnya..hhehehehe…
jam 11:00 siang.
Satu jam sebelum jam makan siang, entah kenapa pihak direksi dan beberapa manager meninggalkan gedung terburu-buru, mereka memblokir semua akses lift dan tampaknya pergi menggunakan helicopter yang diparkir di atas gedung dan hanya tinggal beberapa orang karyawan saja di kantor kami termasuk saya karena sebagian besar tidak masuk hari ini.
Dari pagi saya mencoba mengakses detik.com tapi tidak bisa. koneksi internet hari ini tampaknya lemot. Saya lihat di TV di ruang pantry hanya menampilkan berita mengenai kasus korupsi pajak yang tidak kunjung selesai dari 3 tahun lalu, bahkan pelakunya sudah berulang kali kabur dari tahanan polisi (kog bisa?). “tidak ada berita heboh padahal tadi pagi macetnya luar biasa? Jangan-jangan ada konspirasi pemerintah seperti jaman orde baru untuk menyembunyikan berita untuk mencegah kepanikan?” , saya memilih untuk berfikir positif dan membuang jauh-jauh prasangka negative.
Jam 12:00 siang.
Hari ini saya tidak bisa turun dan makan di warung sunda untuk menikmati sop iga kegemaran saya. Akses tangga darurat dan lift di tutup. Bahkan saya minta penjelasan pada Parjo kepala satpam kantor kami mengenai alasannya, tapi yang bersangkutan hanya menggerakkan bahu tanda tidak tau. Saya memilih makan mie instan saja yang memang disediakan di pantry, setelah itu menyelinap ke mushola dan tidur siang….hehehehehhe…
Jam 2.30 Siang.
Saya tersentak kaget mendengar suara gaduh. Rupanya saya tidur terlalu nyenyak sampai jam 2.30. keluar mushola dan pergi ke kamar kecil dan balik ke ruangan saya, namun ruangan kantor kami sudah kosong. “lho kog Saya ditinggal? Apakah ada pengumuman pulang lebih cepat? Tapi kog gak ada yang bangunin saya?”
Jam 3:00 Siang.
Saya tidak bisa turun lift mati dan tangga darurat terkunci. Saya merasa kesepian akhirnya saya nongkrong di pantry ditemani tv yang menampilkan warna biru alias tidak ada siaran. Kenapa nih?
Jam 3.30 Siang.
Saya mencoba mengkontak beberapa teman tapi sinyal handphone terputus. Telepon kantor mati, internet lemot bahkan bisa dibilang putus. Ada apa gerangan? Suasana terasa mencekam karena saya benar-benar sendiri, dan mulailah pikiran saya menjalari mengenai cerita-cerita seram di seputaran gedung. Merinding bulu kuduk saya.
Jam 4.00 sore
Saya mencoba mendobrak pintu tangga darurat tapi tenaga saya kurang kuat karena terbuat dari baja tebal. Gimana ya? Cari akal akhirnya saya keluarkan mesin fotokopi, (bodo amatlah kalo ntar manager saya marah, paling juga potong gaji buat service mesin fotokopi.)
Jam 4.30 sore.
Alhamdulilah, pintu akhirnya terbuka. Saya berlari turun ke lantai bawah, (oh iya kantor saya terletak di lantai 32 jadi bayangkan betapa jauhnya saya harus turun J)
Saya terus menuruni tangga, lantai 21 dan saya kaget setengah mati ketika berjumpa ditangga dengan 4 orang. Salah satunya anggota brimobmenodongkan AK47 ke arah saya. Satu wanita, seorang karyawan bank ternama tampak dari logo di rompinya, dan seorang office boy.
“lari, cepat!” teriak polisi itu.
“Lari kemana?” Kata saya. Saya mencoba meraih pintu lantai 23 tapi terkunci.
“cepat! Mereka mengejar.” Terdengar teriakan dari lantai bawah.
masa harus balik ke atas sih? Hati saya bertanya. Si Office boy dan wanita berlari melewati saya.
“ayo kamu juga!” si brimob membentak saya.
“di atas kantor saya, pintu terbuka.” Kata saya entah kepada siapa.
Saya langsung berlari ke atas walaupun nafas sudah ngos-ngosan tidak satupun terlintas dipikiran saya apa yang sedang terjadi.
Kami sampai kembali ke kantor saya.
“kamu cari gagang pel atau apalah untuk ganjal pintu!” si Brimob menyuruh kami bertiga.
“pinjam kartu akses kamu!” si office boy berkata kepada saya “cepat!!”. Dan saya yang masih diliputi rasa bingung tanpa rasa curiga sedikit pun menyerahkan kartu akses kepadanya. Ia dan karyawan bank masuk ke kantor saya.
Muncullah seorang pemuda berambut kribo dari lantai bawah, wajahnya tampak merah kecapaian. “tutup!, tutup! Tahan pintunya!” si pemuda berkata dengan nada ngos-ngosan, tangannya memegang samurai. Tangan dan baju pemuda itu berlumuran darah. Saya, Si pemuda dan si brimob langsung menutup pintu dan menahan handle pintu yang terbuat dari palang besi sehingga mudah bagi kami bertiga menariknya untuk menahan agar tidak terbuka dari sisi satunya lagi. Dari bawah terdengar suara seperti auman dan teriakan, ramai seperti suara binatang banyak sekali.
“Apa yang dilakukan si pemuda kribo ini dengan samurai jangan-jangan habis bunuh orang dan dikejar massa, tapi kan ada polisi? ada apa gerangan?” muncul pertanyaan di benak saya. Tapi nanti saja bertanyanya ikuti saja apa mau mereka.
Office boy dan karyawan bank tampak kembali dari ruangan dengan besi tiang bekas meja yang di copot paksa dan dipasangkannya di handle pintu tangga darurat untuk menahan pintu supaya tidak terbuka dari sisi satunya lagi. “saya menemukan ini.” Si wanita membawa tali tambang sisa perayaan tujuh belasan dari ruang pantry. “eh jangan itu buat tujuh belasan tahun depan.” Kata saya. Si wanita melirik sinis pada saya sambil memberikan tali itu kepada si kribo.
“ikat disini dan ujung satunya ke pintu sebelah sana.” Kata si brimob. Akhirnya Saya pun membantu mengikatkan tali tersebut ke handle pintu pantry sedangkan si pemuda kribo mengikat pintu tangga darurat. Saya yang masih bingung dengan situasi ini, kaget ketika mendengar pintu tangga darurat yang kami tahan digedor-gedor dari sisi satunya seakan-akan ada ramai orang di area tangga darurat. Dan terdengar suara menyeramkan seperti monster yang membuat bulu kudukku merinding ngeri.
“what’s going on?”
Bersambung…….
original story by :
REZA PRAMESWORO
id kaskus : ahuk