Sunday 2 January 2011

SURVIVOR LOST NOTES 011


========================================================================

5 Mei 2011 jam 12:06
hujan deras ditengah musim kemarau panjang, itulah yang membuatku terheran-heran. Ini berkah atau sebuah pertanda ? entah kenapa air hujan itu berwarna kekuning-kuningan, aku lebih memilih diam di rumah dari pada bermain futsal dengan rekan kerja di tengah hujan deras ini.   
   
5 Mei 2011 jam 16:32
Hujannya reda juga, aku kembali menghabiskan waktuku untuk tidur mengisi tenaga untuk bekerja malam harinya. Aku hanyalah buruh pabrik di perusahaan textile yang mendapat giliran siff malam, oleh karena itu janganlah heran ketika aku tidur disaat orang-orang melakukan aktivitas kerja dipagi hari.

5 Mei 2011 jam 22:45

Hari ini banyak yang terkena flu, yang membuat ku janggal adalah flu di tengah musim kemarau panjang, mungkin gara-gara hujan deras tadi sore.

8 Mei 2011 jam 23:08

Seperti biasa waktunya untuk bekerja, tapi ada yang berbeda dengan situasi di dalam gedung, banyak dari mereka berwajah pucat. "Mungkin mereka masuk angin ". Aku tak memperdulikannya karena pekerjaan ku sangat lah banyak malam ini. "Tetap ada rasa yang janggal dengan hari ini" resahan dalam pikiran.

8 Mei 2011 jam 23:25
suara gaduh, teriakan dan mobil ambulance diluar gedung pabrik membuatku heran, tapi aku tetap melanjutkan pekerjaan ku dan tak memperdulikannya. kejadian aneh mulai terjadi di dalam gedung, Robi rekan kerja ku yang juga tim futsal perusahaan tiba-tiba pingsan jatuh terkapar dengan hidung dan mulut mengeluarkan darah yang agak merbusa, atasanku mencoba untuk menyadarkannya, tapi beberapa saat kemudian 11 orang jatuh pingsan dalam keadaan sama seperti Robi dan bertambah menjadi 37 orang. Kami yang dalam keadaan sadar saling melihat satu sama lain, terheran dan bingung apa yang sebenarnya terjadi.



8 Mei 2011 jam 23:32

setelah acara Pingsan Massal tersebut Robi mulai sadarkan diri, gelagaknya agak aneh, matanya pun berwarna kuning. Tiba-tiba Robi langsung menyerang atasanku yang mencoba menyadarkannya, dia menggigit telinga atasanku sampai berdarah. Salah seorang rekan ku mencoba melepaskannya tapi 8 orang yang lain dalam keadaan pingsan itu sadarkan diri lalu ikut menyerang atasanku. Panik, takut, dan bingung itulah yang kurasakan. Aku sontak ketakutan melihat situasi ini, darah berceceran dan usus yang terburai ditambah kulit yang mengelupas dari tubuh atasanku dimakan dengan lahap oleh ke 9 orang yang tadinya pingsan tersebut. Beberapa orang teriak dalam ketakutan. Kami yang sadar melihat dengan mata kepala sendiri tubuh atasan kami yang dikoyak-koyak oleh orang-orang yang aku anggap sudah kehilangan jiwa tersebut. Aku tak bisa berbuat apa-apa, hanya diam dalam ketakutan di bawah meja mencoba menyembunyikan diri.
kegaduhan dari luar pun mulai terasa memasuki gedung, aku dan yang lainnya sekitar 6 orang yang dalam keadaan sadar berlari mencoba keluar gedung untuk menyelamatkan diri sebelum mereka semua yang pingsan sadarkan diri. Entahlah, hanya lari yang kupikirkan saat ini.

Kemarin jam 00:10
kami yang sadar berhasil keluar gedung dan berada di halaman pabrik, ternyata bukan hanya kami saja tapi sekitar 100 orang lebih pun berpikiran sama untuk keluar gedung, apa yang mereka rasakan sama seperti kami, beberapa dari teman mereka saling memakan dan menyerang teman yang lainnya. Kepanikan mulai kacau saat satpam mengunci gerbang pintu pabrik, ya situasi diluar gerbang pabrik ternyata lebih kacau balau dibandingkan didalam pabrik. Pemandangan darah berceceran, suara teriakan dan terlihat benar sisi kebrutalan dan kesadisan manusia.

Kemarin jam 00:34
Dari kejauhan suara tembakan senjata api mulai terdengar. "Apa ini perang dunia ke 3 ?" ujar salah satu rekan kami. dari lubang kecil di pagar besi, saya melihat seorang wanita hamil meronta-ronta kesakitan di gigit, di cabik-cabik kaki dan lehernya oleh manusia-manusia yang kehilangan jiwa itu.
Dia meminta bantuan pada kami agar membukaan pintu gerbang pabrik agar bisa bersembunyi, tapi tentu saja saya dan yang lainnya tidak membukakan gerbang karena tidak mau mengambil resiko salah-satu dari mereke(manusia yang kehilangan jiwa) masuk ke dalam pabrik. Aku sempat melihat ketika mereka(manusia yang kehilangan jiwa) merobek isi perut wanita dan saling memperubutkan janin si wanita tersebut.
Kepanikan bertambah ketika teman-teman kami yang kehilangan jiwa tsb keluar dari gedung dan memandangi kami sebagai santapan lezat... Mereka kembali menyerang dan memakan orang-orang yang sadar. Sungguh ini pemandangan yang sangat menjijikan !!kami seperti kawanan domba yang di serang beberapa serigala. Beberapa dari kami yang ketakutan akan kebuasan mereka saling berpencar menyelamatkan diri, dan sisanya melawan kebrutalan mereka dengan alat seadanya.

Kemarin jam 00:45
Saat ini aku bersembunyi di dalam Bus Karyawan. Aku telah membunuh salah satu dari mereka(manusia yang kehilangan jiwa) dengan menggorok kepalanya menggunakan mesin gergaji yang aku temukan di halaman pabrik. Aku terpaksa melakukannya karena dia mencoba untuk memakanku hidup-hidup.

kemarin jam 01:00
Ditengah-tengah kekacauan penyerangan brutal mereka(manusia yang kehilangan jiwa) terdengar suara tembakan senjata api yang mulai jelas terdengar. Dari atas langit sebuah helikopter milik Angkatan Udara Indonesia menembaki kawanan manusia-manusia itu yang notabene diantaranya adalah teman-teman kami.
"cepat menyelamatkan diri ke tempat aman atau pergi ke atap gedung. kami akan menjemput kalian pukul 05.00 WIB dan tunggu informasi selanjutnya !dan jangan lupa beri tanda posisi kalian bahwa kalian masih sadar"  perintah AU.
Selepas mereka memberi perintah, mereka pun bergegas meninggalkan kami untuk memyampaikan informasi tersebut pada yang lainnya di kota ini. Semoga keluargaku selamat dan bersama orang-orang yang sadar. Tapi jalan menuju tempat amat tidaklah semudah yang dibayangkan, kami terpaksa saling membunuh dan satu sama lain agar bias bertahan hidup. Terkadang sayapun bingung membedakan mana yang sadar dan tidak dalam situasi yang kacau balau.

kemarin jam 01:49
Kini aku sedang berada di lorong tangga menuju atab gedung, menyempatkan diri membuat catatan ini. Banyak mayat bergeletakan dengan kondisi parah, bau anyir dan busuk yang sangat menyengat. Aku tidak sendiri, setidaknya ada 5 orang mungkin lebih di belakang atau di depan kami, dengan was-was kami melewati mayat-mayat yang segar tapi bau busuk itu.

kemarin jam 02:30

wajah kelelahan bercampur ketakutan mewarnai orang-orang yang berhasil menyelamatkan diri ke atap gedung, diantaranya aku, kira-kira ada 20 orang. semua akses komunikasi sering terputus, sinyal handphone dan internet pun sering terputus 10 menit sekali. dalam kepanikan kami menunnggu bantuan datang. "Kemana para tentara dan pemerintah Indonesia ?apa mereka semuanya melarikan diri ataukah mereka berubah menjadi manusia yang kehilangan jiwa ?"


57 jam yang lalu
"jika ada yang membaca catatan ku ini yang ku posting ke internet, tolong kami, kami ada 18 orang. kami membutuhkan pertolongan. kami semua dalam keadaan sadar, kami tidak berada di atap gedung karena ketika kami di atap gedung kawanan burungpun sama gilanya menyerang kami.salah satu dari kami membutuhkan tim medis karena kaki teman kami terluka gigitan ..!!Kami berada di ruang arsip gedung C di PT. Textilindo  Jaya di jalan industri (Jakarta Tenggara), kamu bisa melihat tanda SOS dari udara yang sudah kami buat. Tolong kami"



diposting oleh Syabil Adhi Yudha
syabil_adhi_yudha@yahoo.com
READ MORE >>

SURVIVOR LOST NOTES 010

Kukepulkan asap rokok dari mulutku. Pandanganku terpaku pada rak-rak makanan. Tubuhku tergolek, bersandar pada rak makanan yang lain. Jemariku terus menekan tombol call di ponsel milikku. Walaupun aku tahu kalau tidak ada sinyal yang tertangkap. Mencari sebercik keajaiban tidak ada salahnya bukan? Itulah yang ada di benakku selama empat hari ini. Empat hari bersama beberapa orang yang tidak kukenal sebelumnya, empat hari bersembunyi dari kekacauan di luar sana, empat hari terselimuti pertanyaan, "Apa yang sebenarnya terjadi?".

Ini hari kedua kami tanpa listrik. Hawa panas dan rasa bosan mulai meneror. Apa asiknya harus memandangi rak-rak makanan sepanjang hari? Ditambah lagi kami harus ekstra hati-hati bila ingin berdiri tegak. Dua sisi ruangan ini terbuat dari kaca. Sangat mudah untuk melihat keluar, dan sebaliknya. Kami tidak ingin salah satu dari mereka yang di luar sana menyadari keberadaan kami di dalam. Kami yakin kaca-kaca itu sangat mudah untuk dihancurkan. Itulah mengapa kami sangat berhati-hati bila ingin beranjak dari tempat duduk kami. Tapi setidaknya keadaan kami jauh lebih baik daripada keadaan di luar sana. Kami sedikit beruntung bisa bersembunyi disini. Mini market ini mempunyai banyak stok makanan dan minuman. Bukan hanya snack-snack saja, tapi disini terdapat banyak roti yang jenisnya bermacam-macam. Selama ini kami belum menemukan kesulitan yang berarti. Kami merasa cukup aman untuk menetap disini sampai bantuan datang.

Lima orang, termasuk diriku. Tiga orang pria, dan dua orang wanita. Aku adalah seorang mahasiswa semester awal. Agak jauh di sampingku, tepat di belakang meja kasir ada Dion dan Rahma. Mereka adalah kasir mini market, Dion adalah orang yang menyuruhku masuk untuk berlindung disini sebelum kami memblokir satu-satunya pintu keluar dari sini. Di deretan rak lain ada Edwin dan Vero, mereka adalah sepasang kekasih. Ketika aku masuk untuk berlindung disini, mereka berdua sudah ada. Mobil mereka terparkir di depan mini market. Sepertinya mereka kesini untuk berbelanja sebelum kekacauan terjadi. Aku sering merasa seperti orang asing yang terbuang. Disaat Dion sibuk menenangkan Widi yang sering menangis, atau disaat Edwin dan Vero sedang pergi ke dalam dunia mereka. Aku yang tidak mengenal mereka dengan baik memilih untuk duduk sendiri. Kadang aku berpikir bagaimana bila bantuan tidak akan datang? Apakah kami harus tetap berdiam diri disini? Atau mencoba keluar dan mencari tempat perlindungan yang lebih baik, dengan resiko menjadi 'santapan siang' bagi mereka-mereka yang sedang berkeliaran di luar dengan liarnya? Pertanyaan-pertanyaan itulah yang terus muncul di benakku ketika Dion, Rahma, Edwin, dan Vero sedang sibuk dengan urusan mereka sendiri.

Ini sudah hari keempat, dan sudah dua hari kami bertahan tanpa aliran listrik. Apa mungkin PLN juga sudah lumpuh? Kalau itu benar terjadi, bagaimana nasib kami selanjutnya? Aku sering berpikir untuk mengambil resiko dan mencoba mencari tempat perlindungan yang lebih aman, yang mempunyai stok makanan lebih banyak, yang terdapat lebih banyak orang di dalamnya. Lebih banyak orang, lebih mudah untuk bertahan dan saling mengamankan. Pada malam hari pertama aku mengusulkan kepada semuanya untuk keluar dari tempat ini menggunakan mobil milik Edwin. Tapi semua orang menolak hal itu, kecuali Vero. Vero sempat mencoba membujuk pacarnya agar mengamini usulku, tapi hal itu berujung pada bertengkarnya mereka berdua. Dan suara terbanyak memutuskan agar kami tetap berada disini sampai bantuan datang.

Dan disinilah kami.. bersembunyi dari ancaman orang-orang gila diluar sana. Kami sangat berharap agar bantuan segera datang. Aku, dan semua yang ada disini tidak ingin melihat lagi kejadian yang terjadi kemarin, kejadian yang membuat kelompok kami menjadi berjumlah lima orang......



23 Desember, 4:39 AM









Ditulis Oleh :
Ikra Cendana Lintang
3275021210910016

ikracendanalintang@hotmail.com
READ MORE >>