Thursday 4 November 2010

SURVIVOR LOST NOTE 007

beberapa hari sebelum Tragedi Berdarah dijakarta, terjadi... 
--------------------------------------------------------------------------------------- 
Jakarta, 19 ... 20xx. Hari ke-1 

Pagi ini aku merasa lebih lemas dibandingkan dengan malam sebelumnya. Sudah tidak diragukan lagi meriang yang aku alami 3 hari terakhir ini disebabkan karena guyuran hujan yang tidak memberikan kesempatan untuk berteduh, ditambah lagi kondisi fisik yang super-lelah pada waktu itu. 

Demam yang aku alami kali benar-benar berbeda dengan yang sudah pernah aku derita selama hidupku.Bedanya, kali ini lebih menyiksa! Bayangkan saja, demam tinggi yang disertai sakit kepala ekstrim dan tidak ketinggalan batuk pilek yang cukup parah. Sesekali hidungku meneteskan darah yang sangat encer, sebetulnya tidak terlalu masalah buatku, hanya saja mimisan dalam kondisi fisik seperti ini sungguh merepotkan! Benar-benar neraka dunia bagi pria jomblo perantau yang tinggal sendirian. Di saat-saat seperti inilah aku mulai merindukan kehangatan sebuah keluarga. 

Tidak banyak yang bisa aku lakukan sekarang... sebaiknya aku kembali tidur saja. 


20 ,,, 20xx. Hari ke-2 

Hari ini aku tidak masuk kantor seperti hari-hari sebelumnya. Untungnya dokter kenalanku mau berbaik hati menambahkan hari ekstra untuk hari istirahatku, tapi ini bukannya curang, toh memang ternyata aku masih membutuhkan istirahat sampai hari ini 'kan? 

Sore ini aku memesan nasi capcay dari warung masakan cina langgananku untuk makan malam. Sambil menunggu makanan diantar aku membunuh waktu dengan membaca majalah. Tentu saja aku minta makanannya diantar, dalam keadaan sakit seperti ini kelihatannya akan memperburuk kesehatan jika harus keluar kamar kos. Majalah lifestyle terbitan terbaru yang sama sekali belum sempat kubaca itu aku baca hanya sekilas saja di tiap halamannya karena kepalaku masih agak pening. 

ketika aku sedang membalik halaman tiba-tiba pandanganku menempel pada halaman iklan sebuah restoran yang sudah lama sekali tidak aku kunjungi, sebuah restoran steak. Potret close-up daging steak sirloin, itu membuat nafsu makanku meraung-raung. 

Ini aneh sekali mengingat aku sudah menjadi seorang vegetarian sejak 5 tahun yang lalu, dan dalam 1 tahun belakangan ini aku sudah sama sekali tidak tergoda oleh masakan daging. Memang 2 hari terakhir ini nafsu makanku lebih besar daripada biasanya, mungkin karena tubuhku memang membutuhkan nutrisi untuk fase penyembuhan, tapi... daging? Itu benar-benar bertentangan dengan keyakinanku. 

Ketukan di pintu kamarku membuyarkan lamunan tentang daging steak yang terlihat lezat itu, ternyata pesananku sudah datang. Dan aku mulai bersantap malam setelah membayar tagihan yang diberikan oleh si pengantar makanan. 

Tapi nasi capcay vegetarian langgananku ini tidak senikmat seperti biasanya... 

... karena pikiranku masih membayangkan daging steak yang tebal itu. 


21 ... 20xx. Hari ke-3 


Bahkan pagi ini pun aku menginginkan daging steak untuk sarapan, walaupun pikiranku sejak tadi teralihkan oleh rasa gatal disekujur tubuhku. Sepertinya penyakitku bertambah parah, pusing tak kunjung reda, demam pun masih tinggi dan sekarang ditambah lagi penyakit kulit yang tidak jelas penyebabnya. 

Perutku terasa sangat lapar, tapi tubuhku sepertinya sangat malas untuk melakukan sesuatu, mungkin karena kelelahan, jadi aku memutuskan untuk berbaring sejenak sambil menggaruk pelan bagian tubuh yang terasa gatal. 

Bayangan daging steak itu kembali terbayang di pikiranku. Entah mengapa aku terpikir untuk menyantap daging steak di restoran itu setelah aku sembuh nanti, apakah aku sudah melupakan pantanganku akan daging? Atau, aku sudahi saja keyakinanku sebagai seorang vegetarian? Lagipula semua orang juga makan daging. 

Sambil berbaring dengan posisi badan miring, tatapanku terus terpaku lurus pada apa yang ada di depanku. Tidak ada pemandangan yang spesial, hanya ada lengan kiriku dan tembok polos kamarku sejauh mata menatap. 

Lalu pikiranku mulai kacau, aku mulai melihat lengan kiriku sebagai daging steak yang lezat. Rasanya ada yang salah tapi ini menyenangkan! Biarlah aku melepas imajinasi liarku untuk kali ini saja. Dan tiba-tiba saja ide gila itu muncul... untuk mencicipi segigit daging dari lengan kiriku. 



Ah, tidak... tidak. 
Hal gila itu tidak mungkin aku lakukan, kepalaku memang sedang sangat 
pening tapi aku yakin aku belum kehilangan kewarasanku. 

Namun rasa penasaran yang besar mendorongku untuk mencoba petualangan kuliner yang sedikit menakutkan itu. Maksudku, belum pernah ada yang tahu 'kan daging manusia itu rasanya seperti apa? Bagaimana jika yang aku bayangkan benar? Bagaimana jika daging manusia tidak kalah lezatnya dengan daging sapi? Lenganku sudah sangat dekat dengan mulutku, hampir menyentuh bibir, tapi rahangku tertahan oleh ketakutan akan rasa sakit ketika terkena gigitan. Kepalaku yang semakin terasa pusing berbisik meyakinkanku... 

"Satu gigitan saja tidak akan terlalu terasa sakit 'kan?

Terdorong oleh rasa lapar yang sangat menyiksa, tanpa ragu lagi aku mengigit lengan kiriku dengan cepat dengan harapan rasa sakitnya akan berlalu dengan cepat juga. Sambil mengunyah potongan daging sesekali aku menahan rasa sakit akibat luka gigitan di lenganku, tapi rasa lapar mengalahkan segalanya. Aku tidak percaya aku benar-benar melakukan semua kegilaan ini! 

Sambil terus mengunyah aku menangis meratapi diriku sendiri yang menyedihkan ini. Aku tidak tahu apakah aku sudah kehilangan akal? Aku tidak tahu apakah aku sudah demikian putus asanya? Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan setelah ini, 



Tapi ada satu hal yang akhirnya aku ketahui sekarang... 



INI ADALAH DAGING TERLEZAT YANG PERNAH AKU MAKAN !!! 


----------------------------------------- 

Zakiy Yumanto, 

web designer, 27 tahun 


Original Story Created By Yonathan Lim 

yonthlim@yahoo.com

1 comment: