Tuesday 2 November 2010

SURVIVOR LOST NOTE 005

Berawal dari liburan panjang kuliah, kini aku terjebak didalam ruangan sebuah gedung kantor yang sempit dilantai 3. Sendirian, dengan nafas yang terengah-engah dan rasa ketakutan yang mencekam sampai air mataku pun ikut keluar.
Aku sengaja membuat sebuah diary ini, karena bagiku mungkin aku akan tewas tidak lama lagi, dengan harapan seseorang akan menemukan tulisan ini dan mengetahui kejadian sebenarnya yang terjadi pada penduduk Jakarta dan juga tentang kisahku tentunya.
Diary of The Dead, Hahaha. Semoga..


Sebelumnya perkenalkan, namaku Dhika, aku adalah seorang mahasiswa perguruan tinggi swasta di Bandung. Sebenarnya asalku dari Jakarta, namun karena dorongan orangtua makanya sekarang aku tinggal di Bandung sementara waktu untuk kuliah.

Hobiku adalah bermain game dan menonton film. ya, terutama film horor dan yang paling favorit adalah film Zombie. Aku sangat menyukai film-film dengan berbau Zombie, sampai-sampai aku sempat bermimpi bagaimana jika Jakarta atau kota-kota lain di Indonesia terjangkit sebuah virus aneh lalu orang-orang itu berubah menjadi zombie, itu pasti akan seru dan menyenangkan sekali bagiku.
Aku dan beberapa orang lainnya yang menyukai Zombie ini juga tergabung dalam suatu club aneh yang bernama IZOC, ya singkatan dari Indonesian Zombie Club. terdengar keren bukan?. Kami semua juga ternyata mempunyai mimpi yang sama.. ingin sekali membunuh para Zombie-zombie dengan menggunakan tongkat baseball, menembak kepala mereka dengan sejata api, lalu menjarah sebuah supermarket, dan lain-lain.


Pertengahan tahun 20X1, liburan panjang kuliah tiba. Dengan rasa senang dan semangat aku berangkat pulang menuju Jakarta dengan menggunakan jasa travel. Disepanjang jalan aku tidak sabar untuk segera tiba di Jakarta, ingin berjumpa keluarga, teman, dan tentunya juga kekasih yang sudah lama tidak bertemu.
Tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata perasaanku saat itu, senang sekali rasanya.

Malam, ketika sudah sampai dipemberhentian bus travel di Jatiwaringin, aku pun bergegas untuk segera naik angkot menuju rumah. Terlihat jelas sekali kalau di Jakarta habis diterguyur hujan deras, semua jalanannya basah, banyak genangan air di sisi-sisi jalan dan kaca-kaca mobil berplat B terlihat penuh dengan tetesan bekas terkena air.

Sesampainya dirumah rasa rindu pun sirna ketika aku melihat keluargaku yang menyambutku gembira. Ibuku menghampiriku lalu memelukku dengan erat. Dengan tersenyum mereka semua menanyai bagaimana kabarku. Senang sekali.
Setelah beberapa perbincangan rindu, aku menuju ke meja makan, terlihat dan tercium aroma masakan khas rumah yang tidak bisa ditemukan dimanapun, bersama dengan yang lain kami pun akhirnya makan malam bersama sambil menonton TV dan berbincang-bincang. Kehangatan yang sangat aku rindukan sekian lama.

ohh sial! mengingat hal itu membuatku kembali meneteskan air mata.

Keesokan harinya, pagi, aku terbangun oleh bunyi sebuah pesan singat dari kekasihku. Aku segera bangun dan pergi mandi. Lalu aku pun sarapan pagi dengan nasi goreng buatan ibuku. Setelah itu aku nonton TV sampai sekitar jam 10 diatas sofa favoritku.

Awal rencananya, hari ini aku ingin pergi jalan-jalan bersama kekasihku sekaligus melepas rindu. tetapi karena suatu hal dia tidak bisa pergi denganku hari ini. Agak sedikit kecewa tapi ya sudah, toh dipikiranku besok juga kita pasti ketemu. Lalu, aku pergi keluar untuk bertemu teman-teman rumah, ngobrol-ngobrol sambil meminum kopi hangat yang dipesan dari warung samping saung.

Setelah agak lama kita berbincang-bincang, Rahman, teman rumahku sejak kecil, ia mengajak aku untuk pergi ke Blok M untuk menemani dia membeli suatu barang. Saat itu tanpa pikir panjang aku menyetujui karena hari ini pun aku tidak kemana-mana karena rencanaku batal tidak bisa bertemu dengan kekasihku. Kami pun bersiap-siap, aku mengeluarkan scooter-matic ku dari gudang. Tetapi tiba-tiba Handphone disaku ku berbunyi, kekasihku menelponku. Dia berkata kalau ia ingin bertemu denganku hari ini walaupun hanya sebentar saja. Aku pun menyetujuinya. Sebelum menuju ke Blok M aku mampir terlebih dahulu ke rumah kekasihku itu untuk sekedar bertemu muka dengannya. Saat itu dia terlihat cantik sekali dengan senyuman khasnya.
Dan yang ku sadari kini adalah itu terakhir kalinya aku melihatnya.

Aku dan Rahman kini tengah berada dijalan menuju Blok M. Saat kami berada di kawasan sekitar Pancoran, kami berdua melihat suatu keributan antara supir Angkutan Umum dengan pengendara sepeda motor. Kami pun melintas didepan keributan itu, ramai sekali orang-orang yang menyaksikannya sambil mencoba memisahkan. Sekilas kami melihat wajah pengendara sepeda motor itu sangat pucat, dari hidungnya keluar darah. Entah karena apa, mungkin karena dia sedang sakit atau habis dipukul oleh supir angkot itu.
Kami pun melanjutkan perjalanan, sepanjang itu kami merasa seperti ada suatu hal yang janggal dengan ini semua.
Kami banyak menemui orang-orang dijalan dengan wajah yang sangat pucat, seperti orang sakit.

Andaikan saja waktu itu aku menyadari hal ini lebih awal, pasti aku tidak akan seperti sekarang ini.

Sesampainya di Blok M, setelah aku memarkirkan kendaraanku, kami pun berjalan kaki mengelilingi toko-toko disana sembari mencari barang yang di inginkan temanku itu. Cukup lama kami berjalan dan mencari-cari, lalu sejenak kami berhenti di sebuah toko sepatu yang dijaga oleh seorang bapak-bapak yang usianya sekitar 40 tahunan. Terlihat temanku itu tertarik untuk membeli sebuah sepatu yang berada di toko itu. Terjadi tawar-menawar antar keduanya.

Ketika sedang menyaksikan temanku itu menawar harga, mendadak, entah karena apa, beberapa orang disekitar kami terjatuh pingsan dengan hidung dan mulut yang mengeluarkan darah, aku kurang ingat berapa orang, tapi yang pasti jumlahnya lebih dari 14 orang. Dan tak lama kemudian terjadi lagi hal serupa, beberapa orang pun ikut jatuh pingsan satu persatu. Orang-orang yang menyaksikan itu seketika menjadi heran apa yang telah terjadi. Sampai mereka tidak bergerak sedikitpun sambil memasang wajah penasaran, sama seperti kami. Akan tetapi tidak sedikit juga orang yang mencoba menolong dan mencari tahu kenapa orang-orang itu pingsan.

*Brakkkkkkk* Terdengar jelas sekali, suaranya seperti suara mobil yang tengah menabrak sesuatu. Aku hanya diam terpana pada saat itu. Bingung, apa sedang terjadi sekarang ini tiba-tiba semuanya terasa menjadi aneh. Aku dan Rahman saling menatap selama beberapa saat, dan kemudian kami melihat salah satu orang yang pingsan pun terbangun. Mukanya pucat sekali dengan mulut penuh darah. Dia berlari menghampiri salah seorang anak muda yang mencoba menolong orang-orang yang pingsan. Namun apa yang terjadi saat itu adalah awal mulanya kekacauan yang terjadi kini. Orang yang bangun dari pingsan itu mengigit leher anak muda sampai mengeluarkan banyak darah. Brutal sekali. Anak muda itu berteriak kesakitan dan meronta-ronta sambil berusaha melepaskan diri. Melihat itu perutku terasa mual, berasa ingin muntah. Menjijikan.

Orang-orang yang melihat sontak menjadi histeris dan berteriak. Mereka berteriak menyuruh orang pingsan itu untuk berhenti melakukannya. Beberapa orang mencoba menolong melepaskan anak muda itu. Tapi sesaat kemudian kami melihat lagi satu persatu dari orang yang pingsan itu terbangun dan melakukan sama seperti apa yang dilakukan orang pingsan sebelumnya. Mengerikan. Orang-orang seketika berlarian histeris. Aku sendiri masih tidak bergeming sedikit pun melihat apa yang terjadi, sampai akhirnya Rahman memegang pundakku dan menyuruhku untuk lari dari tempat itu. Kami pun berlari menuju parkiran. Rahman mengusulkan agar kita pulang saja. Yang kami pikirkan waktu itu hanyalah berlari menjauh dari orang pingsan itu. Tetapi ternyata semua orang pun berpikiran sama, parkirannya penuh sesak. Kami pun terpaksa berlari lagi mencari tempat lain yang agak aman.

Akhirnya kami berdua sampai disebuah sisi gang yang cukup lebar, kami istirahat sejenak untuk menambil nafas. Kami menyaksikan sebuah kekacauan. Orang-orang berlari ketakutan. Ada juga beberapa orang yang memanfaatkan kejadian ini untuk menjarah toko. Ironis.
Tepat didepan kami melintas seorang ibu-ibu yang tengah berlari, dibelakangnya terdapat seorang pria berbadan cukup besar dengan mulut penuh darah mengejarnya. Kami berdua hanya memperhatikan saja. Dan tiba-tiba sang ibu tertangkap oleh pria tersebut, dengan tanpa ekspresi pria itu mengoyak isi perut sang ibu. Sangat tidak berkeperimanusiaan. Temanku ini ternyata tidak tahan melihat kejadian itu, dia muntah. Lalu seketika aku baru menyadari kalau yang sedang terjadi ini adalah sebuah mimpi yang dulu aku idamkan, yaitu Zombie Apocalypse. Tanganku gemetar. Lalu aku mencoba menjelaskan kepada temanku ini apa yang terjadi. Aku panik bukan main, tubuhku terasa lemas. Kami pun bersembunyi dibalik tumpukan kardus berharap pria itu tidak melihat kami. Tiba-tiba nafasku menjadi cepat. Aku sangat ketakutan. Ini semua sama sekali tidak seperti yang ku impikan, berbeda sekali.

Tidak sampai 15 menit setelah awal kejadian yang terjadi pada anak muda tersebut, kini semuanya menjadi kacau balau. Yang terdengar hanya suara teriakan orang-orang dan jeritan kesakitan. Bisa dibayangkan, Blok M, tempat yang begitu ramai, sekarang orang-orangnya sibuk menyelamatkan dirinya masing-masing dari pemangsa buas. Dan lebih parahnya kami berada ditengah-tengah itu. Sungguh, tidak ada rasa yang menyenangkan sama sekali seperti apa yang dulu aku mimpi-mimpikan. Hanya rasa takut dan kepanikan yang menyelimuti. Aku melihat temanku agak mulai kehilangan diri, dia panik dan ketakutan sekali. Dia menyuruhku untuk segera pergi dari sini sambil memegang pundakku dengan tangan yang gemetaran.


Aku berpikir kadang ada baiknya juga sering-sering menonton film, karena mungkin dari situlah kita tetap bisa hidup, setidaknya untuk bertahan hidup yang lebih lama. Dan saat itu aku mulai mengingat-ingat kejadian yang ada di film. Hal pertama yang ku ingat saat terjadi seperti sekarang adalah jangan panik, tetap mengkontrol emosi. Aku pun menyuruh Rahman untuk tenang, hadapi dengan kepala dingin. Tidak segampang yang di ucapkan memang, kenyataannya sungguh sangat sulit dilakukan. Saat itu aku pun masih merasa panik, tidak bisa berpikir secara jernih dan ketakutan yang amat sangat.

Kami mulai berlari kembali mencari lokasi yang aman untuk perlindungan, dengan langkah yang sangat hati-hati. Seketika jantungku berdebar kencang sekali ketika aku melihat didepanku ada seorang wanita dengan mulut penuh darah menatapku dan berlari kearahku. Nafasku tiba-tiba menjadi pendek dan cepat. Tubuhku gemetaran. Rahman berteriak kepadaku untuk lari. Tapi aku masih diam terperanga seperti orang bodoh saat itu. Wanita itu semakin dekat, Rahman terus saja berteriak kepadaku. Kira-kira setelah wanita itu berada kurang lebih 3 meter didepanku, aku baru sadar dan beranjak untuk berlari. Cepat sekali larinya wanita itu, seperti atlit saja. Sepanjang aku berlari, terlihat jelas sekali nampak mayat-mayat yang tergeletak di tanah. Setelah cukup lama berlari aku pun menoreh kebelakang, ternyata wanita itu sudah tidak lagi mengejarku, mungkin dia sudah mendapatkan santapan yang lain. Dan yang kusadari Rahman pun ikut menghilang.

Aku melihat sebuah gedung berantai 2, sebuah ruko mungkin. Aku pun tanpa pikir panjang langsung masuk kedalam. Kemudian dilantai aku menemukan sebuah pentungan yang biasa digunakan polisi dan aku mengambilnya. Dengan sedikit keberanian yang ku punya aku pun mencoba masuk lebih dalam lagi. Menyusurin beberapa ruangan di lantai 1 lalu naik ke lantai 2. Dan di sebuah ruangan dilantai 2 pun aku mendengar sebuah suara yang agak sayup-sayup. Tanganku gemetaran sambil memeggang pentungan polisi ini dengan kedua tangan. Mencoba membuka pintu ruangan tersebut, tetapi terkunci. Lalu aku mencoba bertanya apakah ada orang didalam. Ternyata yang ku temukan adalah sekelompok karyawan dari ruko ini tengah sembunyi ketakutan. Jumlahnya 4 orang, 1 wanita muda, 2 orang ibu-ibu dan 1 lelaki tua yang terlihat seperti petugas kebersihan.

Kami berlima pun mencoba menutup semua akses masuk ke ruko ini. Pintu masuk dilantai satu sudah dikunci. Pintu belakang pun juga. Semua jendela telah ditutup rapat dan tak terlihat, sehingga apapun yang diluar sana tidak bisa melihat kita. Aku mulai memikirkan Rahman temanku itu, kemana ia pergi. Aku mencoba menghubungi dia melalui Handphoneku, tetapi nihil, hanya nada sibuk yang kuterima. Begitu juga saat aku mencoba menghubungi keluarga dan kekasihku. Aku sempat menangis histeris ketika itu. Aku memikirkan apa yang terjadi kepada mereka, apakah mereka baik-baik saja atau bagaimana. Air mataku mengalir deras dan dadaku terasa sesak.

Kira-kira sudah 30 menit aku berada disini. Aku mencoba mengintip keluar melalui jendela. Suasananya hening hanya di isi beberapa jeritan orang kesakitan. Sangat kacau, mayat-mayat bergelimpangan, darah dimana-mana, gerobak dagangan tergeletak hancur, beberapa mobil dan gedung terlihat terbakar, kepulan asap hitam menghiasi kota Jakarta siang ini. Mahluk buas, atau ku sebut saja Zombie itu terlihat diberbagai sudut jalan. Mayat yang tadinya tergeletak tak bergerak kini mulai bangkit dari tempatnya. Aku mulai tak percaya apa yang sedang ku lihat saat itu. Seperti di dalam film.

Malam pun tiba, kami berlima membagi tugas untuk berjaga-jaga bergiliran.
Inilah ilmu yang ku dapat dari menonton film untuk tetap bertahan hidup. Untungnya mereka menurut saja apa yang aku katakan, walaupun terbilang aku yang paling muda diantara mereka. Persediaan makanan minuman kami hanya sedikit. Hanya beberapa sisa makan siang tadi dan beberapa bungkus mie instant. Air pun hanya tinggal seperempat dari galon air mineral. Dengan sehemat mungkin kami berbagi makanan dengan yang lain.

Sudah 2 hari aku tinggal disini, tidak ada sama sekali tanda-tanda bantuan terlihat. Malah pemandangan Jakarta diluar sekarang makin mengerikan. Jumlah zombie-nya makin bertambah banyak. Terlihat seperti pasar zombie. Kalian bisa membanyangkan, populasi orang di Jakarta begitu padat dan semuanya menjadi zombie kelaparan. Tak heran kadang aku melihat mereka saling memakan satu sama yang lain. Kota ini terlihat seperti kota mati. Tidak ada tanda-tanda kehidupan lagi selain zombie-zombie itu.

Kami semua yang berada di ruko ini mulai kehabisan makanan. Minuman yg kami minum pun hanya mengandalkan air keran serta kompor dan tabung gas LPG 3kg yang sudah mau habis. Kami mulai berpikir bagimana caranya keluar dari sini untuk mencari makanan dan minuman. Sedangkan diluar sana segerombolan mahluk kelaparan juga menanti kami semua. Aku pun berpikir keras untuk mencari cara agar bisa keluar dengan aman. Sampai akhirnya aku menemukan satu-satunya ide gila yang sangat mempertaruhkan nyawa yang membuatku terjebak ditempat ini sekarang.

Aku pergi ke atap ruko ini. Sambil membawa benda-benda yang tidak berguna untuk dilempar. Ide ku adalah pertama, melemparkan tali yang sanagat panjang yang ujungnya dieratkan pemberat, dari atap ruko ke seberang kanan jalan tepat ke depan toko yang ingin ku tuju. Kedua, mengalihkan perhatian zombie-zombie itu dengan cara melempar benda-benda ke sudut yang berlawanan dengan rute ku berlari nanti dengan menyuruh yang lain melakukannya. Ketiga, aku keluar dengan mengendap-ngendap dan berlari ke arah toko seberang sambil membawa 2 kantung plastik besar yang telah ku lapis 2 agar tidak robek dan pentungan polisi. Ketiga, aku masuk kedalam lalu mengambil sebanyak dan secepat mungkin makanan yang ada. Keempat, dengan cepat aku mengikatkan katung plastik yang berisi makanan ke tali telah dilepar tadi dan menyuruh untuk mengangkatnya. Kelima, Kembali lari secepat mungkin ke ruko tanpa terlihat zombie satu pun. Mungkin kalian berpikir, kenapa harus repot-repot menggunakan tali untuk membawa plastik itu? kenapa tidak langsung lari saja membawa plastik itu? Huh, jika seperti itu malah makin mempertaruhkan nyawa dan jika salah-salah ujungnya akan menjadi sia-sia belaka.

Rencana pun mulai dijalankan. Aku berkata kepada mereka, jika dalam 2 menit aku belum kembali kunci saja pintunya. Rencana pertama sukses. Dan aku sudah bersiap didepan pintu untuk menunggu aba-aba berlari dengan kantung plastik ditangan. Rencana kedua dilancarkan, zombie itu pun mulai mengalihkan perhatiannya ke tempat jatuhnya benda-benda yang dilempar, rencana ini juga sukses. Seketika aba-aba untuk berlari pun di teriakan. Aku langsung keluar dengan jantung yang sangat berdebar-debar, berlari sekuat tenaga. Sesampainya di toko aku langsung memasukan makanan dan minuman ke dalam kantung plastik secepat mungkin. Setelah itu aku mengikatkan kantung plastik yang sekarang berat karena penuh dengan makanan dan minuman ke tali yang telah dipersiapkan. Namun sialnya ketika belum selesai mengikat plastik yang kedua, ada zombie yang melihatku. Tanpa isyarat dia langsung berlari ke arah ku. Aku bangun dan bersiap untuk menghajar zombie itu dengan pentungan yang aku pegang. Lagi-lagi ini terasa sangat mengerikan. Dengan sekuat tenaga mengumpulkan keberanian, aku pun memukul tepat di kepalanya dengan pentungan yang ku bawa. Darah yang keluar cukup banyak. Dan selagi dia jatuh aku terus memukul kepalanya hingga hancur dan tidak bergerak. Setelah itu aku kembali mengikatkan plastik ke tali. Tapi sayang ketika aku ingin kembali aku melihat ada puluhan zombie didepan ku yang tengah berlari menghampiriku. Sontak aku juga langsung berlari menjauh. Sekuat tenaga aku berlari. Zombie yang mengejarku kini makin bertambah banyak. Mereka berlari tanpa mengenal lelah. Aku yang hampir tidak kuat lagi berlari lalu memutuskan untuk masuk ke dalam gedung kantor yang cukup besar. Bodohnya, aku tidak berpikir panjang. Ternyata didalamnya juga banyak zombie kelaparan. Dengan nafas seadanya aku pun berlari menaiki tangga darurat sampai ke lantai 3. Kemudian aku melihat sebuah ruangan dengan pintu terbuka dan masuk kedalamnya. Mengunci pintu lalu menahannya dengan meja dan kursi. Kini aku ketakutan. Mereka mencoba untuk masuk kesini. Aku harap pintunya cukup kuat untuk menahan mereka. Tetapi tidak ada yang bisa aku lakukan lagi disini. Hanya jendela jalan keluar satu-satunya. Tapi tidak mungkin, ini cukup tinggi untuk melompat.

Sekarang, inilah yang ku lakukan. Mungkin, Aku menulis diary ini untuk terakhir kalinya. Hidupku sudah terasa tidak akan lama lagi. Terlihat pintunya sudah tidak kuat menahan mereka. Dan kuharap apa yang barusan aku lakukan adalah hal yang berguna. Semoga mereka berempat bisa selamat dari sini.

Aku masih rindu dengan keluargaku, aku rindu dengan semua yang ada di Jakarta 3 hari yang lalu.


Dhika.

NB: Kuharap pemerintah bertanggungjawab penuh atas kejadian ini



Original Created by dhika TB
ID kaskus : second_symphony
ST TELKOM bandung

2 comments:

  1. Nice Story, crita paling logis en mantep dari smua catatan si boy, eh catatan survivor..

    ReplyDelete
  2. anjas ...
    neh keren tpi film nya itu kelamaan masa 2012 tpi gw tetap menunggu karya anak bangsa

    ReplyDelete